Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak melemah sebesar 45 poin menjadi Rp12.911 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.866 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah kembali mengalami tekanan menembus level Rp12.900 per dolar ASdi tengah belum adanya kepastian penyelamatan utang Yunani dan kenaikan suku bunga AS (Fed rate)," kata Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta.

Ia mengemukakan bahwa meski telah terjadi kesepakatan pemberian perpanjangan waktu program dana talangan utang Yunani, namun menteri keuangan negara-negara di kawasan Euro masih menanti perjanjian yang harus disepakati, salah satunya pengetatan anggaran Yunani.

"Yunani harus mereformasi anggaran keuangannya agar Uni Eropa menyetujui kelanjutan program bailout," katanya.

Selain itu, lanjut dia, pelaku pasar keuangan juga sedang menanti kebijakan bank sentral AS (the Fed) selanjutnya, meski dalam rapat sebelumnya sinyal kenaikan suku bunga belum akan terjadi dalam waktu dekat, namun situasi itu menjadi menambah ketidak pastian pasar.

"Pasar mengharapkan kejelasan kebijakan the Fed terkait suku bunganya," ucapnya.

Dari dalam negeri, Rully Nova menambahkan bahwa meningkatnya harga beras sekitar 20-30 persen per kilo gram dapat memicu inflasi pada Februari 2015.

"Situasi itu dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya," katanya.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa dolar AS mempertahankan penguatannya terhadap mayoritas mata uang utama dunia termasuk rupiah sebelum ketua Federal Reserve Janet Yellen memberikan testimoni kepada Kongres.

"Spekulasi pasar uang saat ini the Fed akan menaikkan suku bunga pada tahun ini. Itu dapat mendorong penguatan dolar AS lebih panjang lagi," katanya

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa (24/2) ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.866 dibandingkan hari sebelumnya, Senin (23/2) di posisi Rp12.813 per dolar AS.