Ambon (ANTARA News) - Kepala Pusat Penelitian Laut Dalam (P2LD) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ambon Augy Syahailatua mengatakan potensi laut dalam di Maluku yang berkaitan dengan dengan dasar laut dan di bawah dasar laut belum sepenuhnya tereksplorasi dalam penelitian.

"Hal-hal yang berhubungan dengan dasar laut dan di bawah dasar laut, seperti mineral, minyak dan gas dan itu merupakan komponen-komponen penting sumber daya alam (SDA) di masa depan, belum banyak tergarap dalam penelitian," katanya.

Ia mengatakan, laut dalam di Indonesia umumnya berada di kawasan timur, terutama Maluku yang 92 persen wilayahnya adalah laut, sangat berpotensi untuk riset khususnya yang berhubungan dengan geologi laut, namun sejauh ini potensi tersebut belum banyak diteliti, khususnya laut Banda yang memiliki kedalaman hingga 6.000 meter di bawah permukaan laut.

"Penelitian terkait itu sebagian sudah pernah ada di daerah-daerah yang potensial seperti di Masela dan Aru, tapi hanya sebagian kecil saja, di kawasan laut besar seperti Laut Banda dan Laut Seram belum ada sama sekali," katanya.

Ia mengatakan P2LD LIPI Ambon sudah mulai melakukan penelitian terkait geologi laut dalam di Maluku, tapi karena masih terkendala fasilitas penunjang penelitian, pihaknya belum dapat melakukan riset terkait geologi laut dalam di Maluku hingga ke kedalaman 5.000 - 6.000 meter di bawah permukaan laut.

Oleh karena itu, sementara menunggu kesiapan sarana prasarana penunjang riset yang lebih baik, saat ini pihaknya memprioritaskan riset di laut dalam hanya pada kedalaman 1.000 hingga 1.500 di bawah permukaan laut.

"Kami memang harus sudah mulai melakukan riset terkait itu tapi untuk mencapai kedalaman 5.000 hingga 6.000 meter belum bisa dalam waktu dekat karena terkait dengan masih kurangnya fasilitas kami," katanya.

Ditambahkannya, untuk dapat melakukan riset terkait geologi laut dalam di Maluku hingga ke kedalaman 5.000--6.000 meter di bawah permukaan laut, pihaknya masih membutuhkan waktu sekitar lima hingga 10 tahun ke depan.

"Kami sementara meningkatkan kemampuan dari sarana penelitian kami jadi mungkin sekitar lima atau 10 tahun yang akan datang baru kami bisa melakukan penelitian tentang itu," ucapnya.