Teknologi pakan ikan mandiri tekan biaya 50 persen
24 Februari 2015 03:41 WIB
Ilustrasi. Harga Pakan Ikan Naik. Seorang petambak memberi pakan ikan bandeng di areal tambak desa Pabean udik, Indramayu, Jawa Barat, Jumat (24/10). Petambak mengeluhkan mahalnya harga pakan ikan yang naik dari harga Rp180 ribu per karung (30 kg) menjadi Rp195 ribu per karung. (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)
Jakarta (ANTARA News) - Teknologi pakan ikan mandiri mampu menekan biaya pakan dalam budidaya ikan hingga 50 persen, kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP), Achmad Poernomo.
"Teknologi ini penting mengingat biaya pakan merupakan 60-70 persen biaya produksi. Akan membantu pembudidaya ikan air tawar skala kecil dan menengah," katanya melalui Siaran Pers KKP terkait "Focus Group Discussion (FGD)" Pakan Mandiri, di Bogor, Selasa.
Kebijakan KKP mendorong masyarakat menjadi bangsa mandiri dalam budidaya ikan, karena itu, ujar dia, perlu didukung dengan penyediaan pakan yang ekonomis namun juga baik dalam kualitas.
Dalam mendukung pakan mandiri, Balitbang KP, telah mengeluarkan dua sertifikat formulator pakan di dua lokasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk Masyarakat (Iptekmas) Pakan Mandiri, yaitu di Kabupaten Kampar Propinsi Riau dan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sertfikat formulator pakan ini diberikan kepada pengelola Pabrik Pakan Mandiri yang telah mendapatkan pendampingan teknologi formulasi pakan oleh peneliti Balitbang KP, ujarnya.
Formulasi pakan penting karena 60-70 persen biaya total budidaya air tawar untuk pembelian pakan, terutama tepung ikan dan tepung bungkil kedelai, tambahnya lagi.
Bahan baku pakan yang dikembangkan di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT), terdiri dari 8-21 jenis bahan baku sebagai sumber protein, perekat, vitamin, mineral dan minyak ikan.
Ia mengatakan, untuk memenuhi target produksi ikan budidaya mencapai 7,6 juta ton per tahun dibutuhkan pakan ikan cukup besar, sampai 8,73 juta ton per tahun (60 persennya merupakan kebutuhan pakan ikan air tawar seperti ikan nila, patin, lele, mas dan gurame).
"Kita ingin mengembangkan pakan ikan yang diproduksi secara mandiri dalam rangka mencapai kedaulatan pangan," katanya.
Sebelumnya, formulator pakan ikan mandiri di Koperasi Desa Mina, binaan Balitbang KP di Gunung Kidul, Yogyakarta, Riptanto Widodo mengatakan, koperasinya menjual pakan ikan Rp7.000 per kg, sementara pakan ikan yang dibeli di pabrik mencapai Rp10.000-Rp11.000.
"Selain murah, pakan ikan mandiri juga awet sampai enam bulan, sementara buatan pabrik tiga bulan sudah tengik. Hal itu karena kami menggunakan fermentasi dengan tiga jenis bakteri," katanya.
"Teknologi ini penting mengingat biaya pakan merupakan 60-70 persen biaya produksi. Akan membantu pembudidaya ikan air tawar skala kecil dan menengah," katanya melalui Siaran Pers KKP terkait "Focus Group Discussion (FGD)" Pakan Mandiri, di Bogor, Selasa.
Kebijakan KKP mendorong masyarakat menjadi bangsa mandiri dalam budidaya ikan, karena itu, ujar dia, perlu didukung dengan penyediaan pakan yang ekonomis namun juga baik dalam kualitas.
Dalam mendukung pakan mandiri, Balitbang KP, telah mengeluarkan dua sertifikat formulator pakan di dua lokasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk Masyarakat (Iptekmas) Pakan Mandiri, yaitu di Kabupaten Kampar Propinsi Riau dan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sertfikat formulator pakan ini diberikan kepada pengelola Pabrik Pakan Mandiri yang telah mendapatkan pendampingan teknologi formulasi pakan oleh peneliti Balitbang KP, ujarnya.
Formulasi pakan penting karena 60-70 persen biaya total budidaya air tawar untuk pembelian pakan, terutama tepung ikan dan tepung bungkil kedelai, tambahnya lagi.
Bahan baku pakan yang dikembangkan di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT), terdiri dari 8-21 jenis bahan baku sebagai sumber protein, perekat, vitamin, mineral dan minyak ikan.
Ia mengatakan, untuk memenuhi target produksi ikan budidaya mencapai 7,6 juta ton per tahun dibutuhkan pakan ikan cukup besar, sampai 8,73 juta ton per tahun (60 persennya merupakan kebutuhan pakan ikan air tawar seperti ikan nila, patin, lele, mas dan gurame).
"Kita ingin mengembangkan pakan ikan yang diproduksi secara mandiri dalam rangka mencapai kedaulatan pangan," katanya.
Sebelumnya, formulator pakan ikan mandiri di Koperasi Desa Mina, binaan Balitbang KP di Gunung Kidul, Yogyakarta, Riptanto Widodo mengatakan, koperasinya menjual pakan ikan Rp7.000 per kg, sementara pakan ikan yang dibeli di pabrik mencapai Rp10.000-Rp11.000.
"Selain murah, pakan ikan mandiri juga awet sampai enam bulan, sementara buatan pabrik tiga bulan sudah tengik. Hal itu karena kami menggunakan fermentasi dengan tiga jenis bakteri," katanya.
Pewarta: Dewanti L
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015
Tags: