Makanan favorit para Sultan termasuk di antara suguhan khas Keraton Yogyakarta yang disajikan Bale Raos, restoran yang dibuka sejak 23 Januari 2004 atas prakarsa
KGPH Hadiwinoto, adik Sri Sultan Hamengkubuwono X.
"Yang paling banyak adalah favorit Hamengkubuwono IX, karena Beliau dikenal gemar memasak," kata General Manager Bale Raos Keraton Yogyakarta, Sumartoyo.
Menurut Sumartoyo, salah satu makanan favorit Sultan Hamengkubuwono IX adalah Bebek
Suwar-Suwir.
"Daging bebek dimasak dengan kedondong dan disajikan dengan saus
kedondong. Merupakan kreasi juru masak Keraton berdarah Belanda,"
tuturnya.
Ia menambahkan kata "suwar-suwir" pada nama makanan itu berasal dari Bahasa
Belanda "zur en zoete" yang artinya asam manis.
Selain itu ada hidangan pembuka favorit Sultan Hamengkubuwono VIII yang dinamai Selada Huzar, yang berupa wortel, buncis, timun, bawang merah, kentang goreng dan
putih telur yang disajikan dengan mayones.
Ada juga Sup Timlo favorit Sultan
Hamengkubuwono X, yang juga biasa disajikan untuk menjamu tamu-tamu Sultan.
Sup dengan kuah berbumbu jahe
dan aneka rempah itu berisi jamur kuping, daging ayam, bunga pisang,
wortel, telur gulung dan taburan ceriping kentang.
Sementara untuk minuman, pengunjung restoran bisa mencoba Beer Jawa yang menghangatkan tenggorokan dan Secang yang menyegarkan.
Beer
Jawa merupakan minuman kegemaran
Sultan Hamengkubuwono VIII yang diramu dari aneka bahan alami seperti
sereh, kulit kayu secang, mesoyi, kayu manis, kapulaga, jeruk nipis,
jahe dan cengkeh.
Sedang Secang, minuman kesehatan favorit Sultan Hamengkubuwono
IX, diramu dari kayu secang, jahe, cengkeh dan sitrunela.
Resep juru masak Keraton
Hidangan-hidangan Bale Raos dibuat berdasarkan resep dari para juru masak keraton.
Menurut Sumartoyo resep makanan khas Keraton didapat langsung dari juru masak Keraton karena belum ada
resep yang tertulis.
Namun, ia melanjutkan, agar lebih mudah diterima rasa aneka hidangan Bale Raos
telah disesuaikan dengan lidah masyararakat luas,
termasuk wisatawan asing yang mengunjungi ke Keraton.
"Misalnya, orang Yogya itu kan suka makanan manis sementara orang
lain mungkin tidak, maka gulanya agak dikurangi sedikit. Begitu pula
turis asing, tidak terlalu suka makanan pedas," jelasnya.
Ia menambahkan Bale Raos juga tidak merekrut para chef terkemuka karena biasanya mereka
sudah memiliki standar dan cara masak tersendiri sehingga dikhawatirkan
tidak bisa menerima standar dan cita rasa Keraton.
Sumartoyo juga mengatakan bahwa supaya cita rasa makanan Bale Raos sesuai
dengan aslinya, ada supervisi langsung dari pihak Keraton. Seluruh
juru masak dan staf dilatih dan dididik lansung oleh juru masak Keraton.
Kisah di balik sajian
Sumartoyo menuturkan bahwa ada kisah di balik beberapa makanan dan minuman yang disajikan di Bale
Raos.
Misalnya, Gudeg Manggar. Gudeg umumnya dibuat dari nangka muda, tapi Gudeg
Manggar dibuat dari bunga pohon kelapa yang masih muda.
"Gudeg Manggar berasal dari daerah Mangir. Dalam sejarah, Mangir
adalah daerah perdikan yang memberontak terhadap Panembahan Senopati.
Karena tidak ingin sama dengan Gudeg yang dimakan Senopati, Ki Ageng
Wonoboyo, penguasa Mangir, membuat Gudeg Manggar," tuturnya.
Sementara Beer Jawa, ia mengatakan, dibuat untuk menghormati tamu-tamu Sultan yang berasal dari Eropa
dan Belanda.
Saat menjamu tamu Eropa di Villa Kaliurang, Sultan biasa menyajikan
anggur. Namun sebagai raja dari kerajaan Islam Sultan tidak
meminum anggur yang mengandung alkohol.
"Dari warna dan fungsinya, Beer Jawa mirip dengan anggur, untuk
menghangatkan badan. Bila bersulang dengan tamu-tamunya, Sultan juga
menggunakan Beer Jawa," katanya.
Melestarikan
Restoran Bale Raos sekarang sudah memiliki tiga cabang, satu di
kompleks Keraton di
Jalan Magangan Kulon 1 Yogyakarta, satu di Jogja City Mall Yogyakarta
dan satu di Jalan Suryo 15, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Sumartoyo mengatakan Bale
Raos dibangun untuk mewujudkan gagasan GKR Hemas untuk
melestarikan kuliner khas Keraton serta membuka pintu kepada masyarakat umum untuk mengetahui
dan menikmati kekayaan kuliner Keraton Yogyakarta.
"Bale Raos dimaksudkan untuk melestarikan kekayaan budaya masa lalu
berupa kuliner. Jadi melestarikan budaya masa lalu tidak harus di
museum," katanya.
"Kami merekrut lulusan SMK dan akademi pariwisata. Kami sengaja
mengajak anak-anak muda untuk nguri-uri kekayaan budaya," tuturnya.
Sumartoyo mengatakan kuliner Keraton Yogyakarta cukup kaya. Ia menuturkan bahwa pada masa lalu Sultan biasanya beristri banyak dan masing-masing istri memiliki makanan favorit.
"Setiap Sultan bersama salah satu istrinya pasti akan dibuatkan makanan favoritnya," tuturnya.
Aneka hidangan favorit Sultan Yogyakarta di Bale Raos
23 Februari 2015 13:54 WIB
Hidangan Sup Timlo di Restoran Bale Raos, Yogyakarta. (ANTARA News/Dewanto Samodro)
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015
Tags: