Pemerintah diharapkan tetap fokus kembangkan biodisel
23 Februari 2015 06:34 WIB
Ilustrasi. Produksi Kelapa Sawit Sulsel. Pekerja mengangkut hasil panen kelapa sawit di perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara XIV, Bayondo, Kecamatan Tomoni, Luwu Timur, Sulsel, Sabtu (10/5). Data Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Sulawesi Selatan menyebutkan, luas areal perkebunan kelapa sawit di Sulsel mencapai 37.000 hektare dengan potensi produksi 32 ton per hektare. (ANTARA FOTO/Sahrul Manda Tikupadang)
Pekanbaru (ANTARA News) - Pemerintah diharapkan agar tetap fokus mengembangkan biodiesel berbahan baku CPO atau kelapa sawit, kendati kini harga minyak bumi itu murah.
"Murahnya minyak bumi diharapkan jangan sampai melemahkan pengembangan biodiesel dari sektor CPO karena biodiesel merupakan salah satu sumber energi masa depan," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Drs Zulher,MS di Pekanbaru, Minggu.
Pendapat demikian disampaikannya terkait harga minyak bumi kini berada di bawah level USD 50/barrel, maka perdagangan seluruh sektor industri melesu, termasuk perdagangan CPO dan turunannya.
Menurut dia, di samping harga minyak bumi menurun, dikhawatirkan pula penurunan yang sesaat ini akan mempengaruhi kebijakan negara untuk mengembangkan biodiesel berbasis CPO.
Memang, katanya, harga minyak bumi yang terus turun tentu akan menjadi berita gembira bagi kita bersama akan tetapi jangan sampai melemahkan dan tidak fokus mencari sumber energi alternatif lainnya seperti biodiesel.
"Sebab sektor perkebunan diyakini menjadi sumber bahan baku utama biodiesel tersebut sehingga diharapkan pemerintah tetap fokus untuk mengembangkan biodiesel tersebut," kata Zulher.
Ia menjelaskan, kini pemerintah sedang melakukan percepatan pengembangan biodiesel B10 menjadi B20. Kebijakan pemerintah mengembangkan biodisel B20 harus didukung karena ketersediaan bahan baku CPO sangat besar di Indonesia.
Apalagi biodiesel B20 (20 persen minyak nabati dan 80 persen minyak bumi) tidak akan mengganggu sektor pangan dalam negeri maupun kegiatan ekspor CPO.
"Sebab diperkirakan seluruh kebun kelapa sawit di Indonesia berada pada puncak produksi, baik itu di Sumatra, Kalimantan maupun Sulawesi. Apalagi jika sumber bahan baku nabati yang berasal dari subsektor perkebunan selain kelapa sawit terealisasi," katanya.
Ia menambahkan, selain minyak bumi, dikhawatirkan akan mengganggu pengembangan biodiesel, turunnya harga minyak bumi turut berimbas terhadap harga Tandan Buah Segar (TBS) CPO di Riau akibat perdagangan CPO yang terus berfluktuasi cukup besar.
"Sejak lima pekan terakhir harga TBS mengalami fluktuasi yang besar. Penurunan tertinggi hingga mencapai angka Rp91 per kg," katanya.
"Murahnya minyak bumi diharapkan jangan sampai melemahkan pengembangan biodiesel dari sektor CPO karena biodiesel merupakan salah satu sumber energi masa depan," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Drs Zulher,MS di Pekanbaru, Minggu.
Pendapat demikian disampaikannya terkait harga minyak bumi kini berada di bawah level USD 50/barrel, maka perdagangan seluruh sektor industri melesu, termasuk perdagangan CPO dan turunannya.
Menurut dia, di samping harga minyak bumi menurun, dikhawatirkan pula penurunan yang sesaat ini akan mempengaruhi kebijakan negara untuk mengembangkan biodiesel berbasis CPO.
Memang, katanya, harga minyak bumi yang terus turun tentu akan menjadi berita gembira bagi kita bersama akan tetapi jangan sampai melemahkan dan tidak fokus mencari sumber energi alternatif lainnya seperti biodiesel.
"Sebab sektor perkebunan diyakini menjadi sumber bahan baku utama biodiesel tersebut sehingga diharapkan pemerintah tetap fokus untuk mengembangkan biodiesel tersebut," kata Zulher.
Ia menjelaskan, kini pemerintah sedang melakukan percepatan pengembangan biodiesel B10 menjadi B20. Kebijakan pemerintah mengembangkan biodisel B20 harus didukung karena ketersediaan bahan baku CPO sangat besar di Indonesia.
Apalagi biodiesel B20 (20 persen minyak nabati dan 80 persen minyak bumi) tidak akan mengganggu sektor pangan dalam negeri maupun kegiatan ekspor CPO.
"Sebab diperkirakan seluruh kebun kelapa sawit di Indonesia berada pada puncak produksi, baik itu di Sumatra, Kalimantan maupun Sulawesi. Apalagi jika sumber bahan baku nabati yang berasal dari subsektor perkebunan selain kelapa sawit terealisasi," katanya.
Ia menambahkan, selain minyak bumi, dikhawatirkan akan mengganggu pengembangan biodiesel, turunnya harga minyak bumi turut berimbas terhadap harga Tandan Buah Segar (TBS) CPO di Riau akibat perdagangan CPO yang terus berfluktuasi cukup besar.
"Sejak lima pekan terakhir harga TBS mengalami fluktuasi yang besar. Penurunan tertinggi hingga mencapai angka Rp91 per kg," katanya.
Pewarta: Frislidia
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015
Tags: