Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia Dr Giwo Rubianto Wiyogo mengatakan perempuan di Tanah Air harus kreatif dan bermartabat, bukan hanya berpangku tangan.
"Kowani tidak saja sebagai wadah pemersatu kemajuan perjuangan perempuan Indonesia tapi juga menjadikan perempuan Indonesia menjadi perempuan yang kreatif, profesional, berdaya saing, mandiri, visioner, dan bermartabat," ujar Giwo di Jakarta, Rabu.
Untuk mencapai semua tujuan tersebut, lanjut, maka Kowani akan mengumpulkan organisasi anggota dan akan bekerja bersama.
"Pengurus Kowani patut berkomitmen untuk mengikuti aturan-aturan maupun kebijakan-kebijakan yang dapat mengubah nasib perempuan lebih baik lagi," tambah dia.
Kowani akan menyiapkan berbagai langkah pemberdayaan perempuan, sehingga nantinya perempuan di Tanah Air bisa menjadi kreatif.
"Kita patut bersyukur bahwa pada akhirnya cita-cita menjadikan wanita Indonesia sebagai "Ibu Bangsa" yang berusaha menumbuhkan generasi baru yang lebih sadar akan kebangsaannya, dapat terwujud sejak 28 Desember 1928. Tapi cita-cita itu belum tercapai," terang dia.
Hal itu, sambung dia, merupakan pekerjaan rumah pengurus Kowani untuk segera melakukan berbagai upaya sistemik untuk mencapai tujuan pendirian Kowani dan menyelesaikan masalah bangsa pada umumnya dan masalah perempuan khususnya.
Persoalan yang dihadapi kaum perempuan Indonesia semakin hari semakin rumit. Mulai dari kasus kejahatan seksual yang cenderung meningkat, KDRT, perdagangan manusia, tingkat kesehatan perempuan, belum maksimalnya pemberdayaan ekonomi perempuan, masih rendahnya rata-rata pendidikan perempuan, dan sebagainya.
Di sisi lain, peran perempuan dalam politik juga masih rendah. Angka keterwakilan perempuan dalam parlemen meski menunjukkan peningkatan, tetapi capaiannya belum sesuai harapan. Sehingga
suara mereka dalam parlemen belum mampu memberikan sumbangan cukup signifikan bagi perjuangan kaum perempuan.
(I025)
Perempuan diharapkan kreatif dan bermartabat
18 Februari 2015 23:31 WIB
Giwo Rubianto Wiyogo. (istimewa)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: