Konsul Jepang di Medan Yushi Suzuki, Rabu, saat membuka pameran tersebut mengatakan ketiga kota digelarnya pameran yakni Surabaya (27 Januari hingga 5 Februari), Medan 16-28 Februari dan Jakarta 16 -26 Maret 2015.
"Pameran itu juga bertujuan memotivasi para arsitek dan masyarakat umum yang ingin menciptakan inovasi baru di masa mendatang, terutama bangunan yang anti gempa dan tsunami," katanya.
Ia mengatakan, gempa bumi dan tsunami hebat yang menimpa Jepang pada 11 Maret 2011 menimbulkan kerusakan besar di area Tohoku dan menghadapkan masyarakat di negara itu pada puing reruntuhan rumah dan gedung perkantoran, serta tata kota yang hancur.
Kondisi tersebut membuat para arsitek Jepang berpikir untuk menciptakan rancangan arsitektur yang tepat untuk mengatasi persoalan yang ada.
Melalui pameran itu, pihaknya ingin menunjukkan kepada masyarakat dunia tentang berbagai kegiatan kreatif yang dilakukan oleh para arsitek Jepang dalam merespon bencana.
Pameran itu dibagi dalam tiga bagian yang juga menampilkan gagasan dari para arsitek negara lain melalui foto-foto proyek para arsitek dengan penjelasan tulisan, gambar, video, model, dan furnitur yang benar-benar digunakan di lokasi evakuasi bencana.
Melalui pemeran itu, lanjut dia, pihaknya berharap para pengunjung mampu memahami lebih mendalam bagimana usaha keras masyarakat Tohuku untuk bangkit dari kesedihan, disisi lain, pihaknya juga berjarap pameran itu mampu menginspirasi para arsitek dan masyarakat umum di masa mendatang.
Ada pribahasa Sedia Payung Sebelum Hujan, dan di Jepang juga ada peribahasa yang sama yakni Sonae Areba Ureinashi.
Kami di Jepang bisa menyiapkan "payung" sebelum terjadi bencana dan saya percaya bahwa persiapan "payung" ini termasuk sosialisasi kepada masyarakat, merupakan salah satu peran di kalangan akademis," katanya.