Washington (ANTARA News) - Wakil Presiden AS Joe Biden pada Selasa (17/2) mengutuk pelanggaran gencatan senjata selama tiga hari di timur Ukraina dengan menyalahkan pasukan pemberontak dan Rusia serta memperingatkan akan "harga" yang harus dibayar dari pelanggaran tersebut.

Biden "mengutuk keras pelanggaran gencatan senjata oleh pasukan separatis yang bertindak dengan pasukan Rusia, di dalam dan sekitar kota Debaltseve," menurut keterangan dari Gedung Putih dalam sebuah pernyataan setelah ia berbicara dengan Presiden Ukraina Petro Poroshenko.

Para pemimpin negara Perancis, Jerman, Rusia dan Ukraina menyetujui kesepakatan gencatan senjata pekan lalu di ibukota Belarus, Minsk, dilakukan untuk mengakhiri pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak pro-Rusia yang telah menewaskan lebih dari 5.400 jiwa pada tahun lalu.

Tapi pada Selasa (17/2) pasukan separatis menyerbu kota pelabuhan Debaltseve, yang merupakan tindakan pelanggaran gencatan senjata.

"Jika Rusia terus melanggar perjanjian Minsk, termasuk perjanjian terbaru yang ditandatangani pada tanggal 12 Februari, harga yang harus dibayar Rusia akan meningkat," tambah pernyataan Gedung Putih.

Biden dan Poroshenko mengatakan pelanggaran gencatan senjata tersebut telah dikonfirmasi oleh Misi Pemantau Khusus Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE).

"Wapres juga mengutuk keras Rusia dan pasukan separatis yang telah memblokir akses ke Debaltseve berdasarkan laporan monitor OSCE, yang memungkinkan separatis untuk melanjutkan serangan mereka tanpa hambatan," kata Gedung Putih.

Poroshenko, dalam percakapan telepon dengan Kanselir Jerman Angela Merkel, mengatakan serangan terhadap Debaltseve, hub jaluir kereta api strategis di timur Ukraina, merupakan "serangan sinis" atas kesepakatan gencatan senjata pekan lalu.
(A050/M007)