Jakarta (ANTARA News) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengkritik Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang memilih bungkam soal terbunuhnya tiga mahasiswa Muslim di North Carolina.
Saat melakukan kunjungan kenegaraan ke Meksiko, Kamis, Erdogan menilai bungkamnya Obama, Wakil Presiden Joe Biden, dan Menteri Luar Negeri AS John Kerry terlalu "nyaring" dan mereka seharusnya mengambil sikap setelah kekejian tersebut terjadi. (Media Barat "tidur, Twitter pun gaduh)
"Jika Anda tetap diam menghadapi insiden seperti ini, dan tidak membuat pernyataan sama sekali, dunia akan diam terhadap Anda," kata Erdogan yang mengirim sinyal hubungan antara dirinya dan Gedung Putih sedang memburuk.
Tiga mahasiswa Muslim yang aktif berkontribusi terhadap aksi sosial telah ditembak di kondominum mereka yang berjarak 3 km dari kampus Universitas North Carolina, Selasa waktu setempat.
Pihak kepolisian mengindikasikan pembunuhan ini dilatarbelakangi kedengkian pelaku terhadap korban yang beragama Islam.
Seperti dikutip dari laman jaringan TV Al Jazeera, Gedung Putih memilih untuk menunda berkomentar hingga investigasi polisi rampung.
Pasangan pengantin baru Deah Barakat (23) adalah mahasiswa kedokteran gigi Universitas North Carolina. Sementara istrinya Yusor Mohammad Abu-Salha (21) dan saudarinya Razan Mohammad Abu-Salha (19) yang juga mahasiswa di kampus yang sama, telah ditembak mati oleh tetangganya yang bernama Craig Stephen Hicks (46).
Meskipun Turki adalah mitra kunci Amerika dalam memerangi ISIS, Erdogan belakangan kian tegas menyampaikan protes terhadap bergulirnya Islamophobia di Barat. (Pihak keluarga tidak percaya pembunuhan dilakukan semata karena perebutan lahan parkir)
Tahun lalu, Erdogen mengatakan hubungannya dengan Obama telah menegang dan Erdogen tidak lalu berbicara dengan Obama karena kecewa Amerika tidak banyak membantu negeri tetangga Suriah yang sedang dilanda perang.
Erdogan memilih bicara dengan Joe Biden untuk membahas isu-isu seperti Irak.
(E012)
Erdogan kritik Obama yang bungkam soal Chapel Hill
13 Februari 2015 20:14 WIB
Presiden Turki Tayyip Erdogan (REUTERS/Murad Sezer)
Penerjemah: Ella Syafputri
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: