Yogyakarta (ANTARA News) - Pasar tradisional terbesar di Kota Yogyakarta, Beringharjo, terus berbenah guna mempertahankan predikatnya sebagai tujuan wisata belanja, salah satunya mengganti papan nama yang berada di pintu masuk utama pasar.

"Papan nama lama itu akan diganti dengan papan nama baru yang lebih artistik dan menampilkan sisi tradisional Yogyakarta," kata Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta Maryustion Tonang di Yogyakarta, Jumat.

Saat ini, papan nama Pasar Beringharjo berbentuk papan persegi panjang putih dengan tulisan huruf jawa berwarna hitam dan di bawahnya tertulis alamat Pasar Beringharjo.

Nama jalan yang tertulis di papan lama itu masih menggunakan nama Jalan Ahmad Yani, padahal jalan tersebut sudah berganti nama menjadi Jalan Margo Mulyo.

"Penggantian papan nama pasar ini pun dilakukan guna menyesuaikan perubahan nama jalan," katanya yang menyiapkan anggaran sekitar Rp90 juta untuk penggantian papan nama itu.

Ia mengatakan, di dalam papan nama baru, pihaknya akan tetap mempertahankan tulisan huruf jawa untuk nama pasar karena tulisan tersebut sudah menjadi identitas untuk Pasar Beringharjo.

Selain mengganti papan nama, pihaknya juga menganggarkan dana sekitar Rp125 juta untuk pemeliharaan pasar, misalnya memperbaiki talang air, atau atap yang bocor.

"Kami anggarkan pemeliharaan untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan ringan," kata Maryustion yang juga berkomitmen untuk mewujudkan pasar tradisional yang bersih dan nyaman.

Dinas Pengelolaan Pasar juga sedang menyiapkan lomba menulis terkait pasar tradisional yang bisa diikuti oleh mahasiswa.

"Sudah banyak yang mendaftar. Mereka boleh menulis apa saja tentang pasar tradisional, namun dengan tema besar pasare resik, atine becik, rejekine apik, sing tuku ora kecelik (pasarnya bersih, hatinya baik, rejekinya baik, pembeli tidak kecewa)," katanya.

Lomba menulis tersebut, lanjut Maryustion, ditujukan untuk mewujudkan visi pasar tradisional dengan pengelolaan modern, yang salah satunya memiliki fungsi edukasi, selain fungsi ekonomi dan wisata.

"Lomba menulis ini merupakan upaya pasar untuk mewujudkan fungsi edukasi itu. Jika sebelumnya kami lebih sering bekerja sama dengan anak-anak usia taman kanak-kanak dan sekolah dasar, kini kami menyasar ke mahasiswa sehingga mereka pun lebih mengenal pasar tradisional," katanya.