Surakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menggandeng Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta untuk mendirikan dan mengembangkan akademi komunitas tekstil dan produk tekstil untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja handal di bidang industri tekstil.

Nota kesepahaman pendirian akademi tersebut ditandatangani Sekjen Kemenperin Anshari Bukhari dan Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo, yang disaksikan Menperin Saleh Husin, di Surakarta, Jawa Tengah, Jumat.

"Seiring dengan peningkatan kinerja industri TPT, terjadi pula peningkatan kebutuhan tenaga kerja, tidak hanya pada tingkat operator tapi juga tingkat ahli diploma I sampai IV," kata Menperin Saleh Husin pada sambutannya di aula Solo Techno Park.

Ia menjelaskan sekolah tinggi tekstil yang ada saat ini belum bisa memenuhi kebutuhan tenaga ahli. Saleh mencontohkan Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) yang dikelola Kemenperin mendapatkan permintaan tenaga ahli sebanyak 500 orang per tahun, namun lulusan sekolah tersebut hanya 300 orang per tahun.

Untuk memenuhi permintaan yang kurang itu, Kemenperin mengembangkan program di diploma I dan 2 di bidang tekstil di Surabaya (Jawa Timur) dan Semarang (Jawa Tengah), bekerja sama dengan STTT Bandung, PT Apac Inti Corpora, asosiasi serta industri tekstil setempat. Namun itu pun belum cukup.

"Pertumbuhan industri TPT di Solo (Surakarta) dan sekitarnya akhir-akhir ini cukup pesat, sehingga kebutuhan tenaga kerja ahli tekstil juga naik," kata Saleh.

Berdasarkan kajian pihaknya, kebutuhan tenaga kerja, seperti kepala regu dengan lulusan diploma I dan II di industri tekstil mencapai 4.670 orang di Surakarta, dan sebanyak 8.496 orang se-Jawa Tengah.

"Karena itulah Kemenperin akan mendirikan Akademi Komunitas TPT untuk program diploma I dan II di Solo Tecno Park ini," katanya.

Ia berharap dengan akademi tersebut, kota Surakarta bisa memenuhi kebutuhan tenaga ahli tekstil guna mendukung daya saing di sektor tersebut.

Sementara itu, Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo mengatakan Solo Techno Park merupakan akademi yang menghasilkan tenaga kerja ahli siap pakai. Sebagian besar yang belajar di tempat itu merupakan lulusan sekolah menengah dari kalangan tidak mampu,

"Setiap tahun permintaan tenaga kerja ahli ke Solo Techno Park mencapai 1.000 orang, namun baru bisa terpenuhi sebanyak 600 orang," katanya.

Oleh karena itu, ia berharap dengan dengan bantuan pemerintah pusat melalui kementerian seperti Kemenperin akan meningkatkan kapasitas Solo Techno Park menghasilkan tenaga kerja ahli, khususnya di bidang tekstil.

"Negara tidak akan rugi investasi di sini. Ini membuktikan negara hadir di tengah masyarakat sesuai Nawacita," katanya.

Ditambahkan Sekjen Kemenperin Anshari Bukhari, industri TPT merupakan salah satu unggulan ekspor dengan kontribusi sebesar 13 miliar dolar AS, dengan devisa net ekspor mencapai enam miliar dolar AS.

"Industri tekstil masih menjadi industri andalan terutama karena kemampuannya menghasilkan devisa ekspor dan penyerapan tenaga kerja," ujar Anshari.