Prancis desak warganya tinggalkan Yaman
11 Februari 2015 22:34 WIB
ilustrasi Pejuang Houthi menembak ke udara saat mengejar pengunjuk rasa anti Houthi di kota Houdieda, Laut Merah, Yaman, Sabtu (24/1). Ribuan warga Yaman memadati jalanan pada hari Sabtu dalam demo besar melawan kelompok Houthi yang mendominasi Yaman, dua hari setelah pengunduran diri Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi membuat negara dalam ketimpangan politik. (REUTERS/Ra'afat al-Amery)
Paris (ANTARA News) - Prancis, Rabu, menyeru 100 atau lebih warga negaranya untuk meninggalkan Yaman dan mengatakan akan segera menutup kedutaan besarnya terkait peningkatan kekhawatiran keamanan di negara itu.
"Mengingat perkembangan politik terakhir dan untuk alasan keamanan, kedutaan besar meminta Anda untuk meninggalkan Yaman sementara, secepat mungkin, dengan mengambil penerbangan komersial sesuai kenyamanan Anda," kata Kedutaan Besar Prancis di Sanaa.
"Kedutaan ini akan ditutup sementara dan sampai pemberitahuan lebih lanjut, mulai dari 13 Februari 2015," tambah misi perwakilan itu di lamannya.
Langkah Prancis menyusul aksi serupa oleh Inggris dan Amerika Serikat, yang telah menarik duta besar mereka seiring peningkatan krisis keamanan di negara itu.
Yaman telah gagal untuk mencapai stabilitas sejak Presiden Ali Abdullah Saleh mengundurkan diri pada awal 2012 setelah selama setahun menghadapi pemberontakan rakyat berdarah.
Negara itu berjuang mengatasi pemberontakan Al Qaida dan menghadapi gerakan separatis di selatan, demikian AFP.
(G003)
"Mengingat perkembangan politik terakhir dan untuk alasan keamanan, kedutaan besar meminta Anda untuk meninggalkan Yaman sementara, secepat mungkin, dengan mengambil penerbangan komersial sesuai kenyamanan Anda," kata Kedutaan Besar Prancis di Sanaa.
"Kedutaan ini akan ditutup sementara dan sampai pemberitahuan lebih lanjut, mulai dari 13 Februari 2015," tambah misi perwakilan itu di lamannya.
Langkah Prancis menyusul aksi serupa oleh Inggris dan Amerika Serikat, yang telah menarik duta besar mereka seiring peningkatan krisis keamanan di negara itu.
Yaman telah gagal untuk mencapai stabilitas sejak Presiden Ali Abdullah Saleh mengundurkan diri pada awal 2012 setelah selama setahun menghadapi pemberontakan rakyat berdarah.
Negara itu berjuang mengatasi pemberontakan Al Qaida dan menghadapi gerakan separatis di selatan, demikian AFP.
(G003)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: