Juga alih fungsi lahan, dari seharusnya lahan serapan air kini menjadi kawasan bisnis.
"Jadi kami harus akui, pertama kami harus minta maaf kepada warga DKI, kami selama dua tahun ini baru bisa menyelesaikan aliran tengah," kata Ahok, di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa.
Dia di sana untuk bertemu dengan bekas atasannya yang kini menjadi presiden, Presiden Jokowi. Mereka membahas banjir Jakarta kali ini.
Pemerintah DKI Jakarta telah mengupayakan sejumlah langkah untuk mengatasi banjir, di antaranya membangun Kanal Banjir Timur, Kanal Banjir Barat, dan saluran pembuangan air di bagian tengah Jakarta.
Tentang saluran di bagian tengah Jakarta itulah yang jadi satu fokus pernyataan Ahok. Ahok menyinggung pihak-pihak di luar pemerintahan, bahwa pihak-pihak itu bisa sesumbar Istana Presiden tidak mungkin terendam banjir.
Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Yudhoyono, dia pernah memutuskan membuka pintu air yang menahan air banjir ke Istana Merdeka/Istana Negara/Kantor Presiden. Kompleks pusat pemerintahan Jakarta itu kebanjiran hingga hampir selutut Yudhoyono namun dampak lebih buruk di kawasan sekitarnya bisa diminimalkan.
"Sebenarnya sudah didisain dari zaman Belanda semua langsung turun berdasarkan gravitasi. Tapi ternyata penurunannya tanah 18 cm pertahun ini membuat posisi sungai itu di bawah muka air laut," katanya. Pengendalian pembangunan bangunan tinggi dan perusakan lingkungan adalah kewenangan dan tanggung jawab pemerintah.
Soal banjir yang terjadi pada Senin (9/2), Ahok menilai hal itu karena efek Waduk Pluit sebagai penandon air di wilayah utara tidak bekerja optimal karena airnya tidak terpompa sebelumnya.
"Semua posisi rendah-sedang kok. Ini efeknya cuma gara-gara Waduk Pluit enggak mompa," katanya.
Akibatnya, air hujan yang masuk tidak tertampung hingga meluber menyebabkan banjir di sebagian besar wilayah Jakarta.
Ia berharap PLN sebagai pemasok listrik menjaga pasokan listrik di wilayah utara agar pompa-pompa bisa berfungsi optimal sehingga kemungkinan banjir bisa diminimalisir.