Amman, Jordania (ANTARA News) - Utusan Amerika Serikat, John Allen, menyatakan, tentara Irak akan memulai serangan darat dalam beberapa pekan ke depan untuk mengambil-alih wilayah yang selama beberapa bulan terakhir dikuasai ISIS (Daulah Islam).

"Nanti akan ada serangan balik besar dari darat di Irak," kata Allen, yang bertugas sebagai koordinator koalisi perang internasional melawan ISIS, Minggu. Serangan darat selama ini dihindari mengingat resikonya besar.

"Dalam beberapa pekan mendatang, saat pasukan pemerintah Irak memulai serangan darat untuk mengambil kembali wilayah Irak, koalisi internasional akan membantu dengan kekuatan yang ada," kata dia sambil menekankan, Baghdad memimpin operasi itu.

Allen juga membantah tuduhan, Washington sengaja menunda pasokan senjata dan pelatihan untuk tentara Irak yang berada di garis depan konflik. Kepada Kantor Berita Petra itu, dia mengatakan "Amerika Serikat telah melakukan upaya maksimal untuk mengirim bantuan secepat mungkin."

Amerika Serikat sendiri sejauh ini menjadi pemain utama dalam perang udara melakwan ISIS; yang saat ini menguasai sebagian Irak dan Suriah serta menerapkan hukum Islam secara kejam di sana.

Sementara itu salah satu anggota koalisi internasional di bawah koordinasi Washington, Yordania, Minggu, mengumumkan telah melancarkan puluhan serangan udara ke sejumlah target ISIS setelah kelompok itu membakar hidup-hidup pilot asal Yordania, Muath al-Kassasbeh.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, yakin menyatakan serangan-serangan udara telah mulai menunjukkan keberhasilan, terutama dalam hal pemotongan aliran dana untuk ISIS.

Menurut keterangan Kerry yang berbicara dalam acara konferensi keamanan di Jerman, Minggu, setidaknya sudah 2.000 serangan udara yang dilancarkan koalisi internasional sejak Agustus lalu.

Perang melalui udara itu telah berhasil merebut kurang lebih wilayah seluas 700 kilometer persegi atau sekitar "seperlima dari area yang mereka kuasai," kata Kerry.

Diplomat tertinggi asal Amerika Serikat itu tidak merinci lebih jauh apakah wilayah yang telah direbut kembali itu berada di Suriah atau di Irak.

Namun dia menambahkan, koalisi internasional telah mengurangi kemampuan ISIS dalam menggunakan 200 fasilitas gas dan minya, mengganggu struktur komando mereka, serta mempersempit pendanaan dan memecah belah personil.