London (ANTARA News) - "Yunani cepat atau lambat akan meninggalkan zona euro," kata mantan kepala bank sentral Amerika Serikat, Alan Greenspan, Minggu.

Komentarnya datang setelah upaya intensif diplomatik oleh pemerintah Yunani yang anti penghematan mencoba menegosiasikan kembali kesepakatan utang baru di tengah kekhawatiran Yunani bisa gagal bayar (default) pada pinjamannya.

"Ini adalah krisis dan saya tidak melihat hal itu bisa diselesaikan mudah, sebenarnya saya tidak melihat itu diselesaikan tanpa Yunani meninggalkan zona euro," mantan ketua Federal Reserve AS itu kepada radio BBC.

Sebelum masuk rezim euro, Yunani merupakan negara yang memiliki mata uang tertua di dunia, drachma.

"Saya tidak melihat bahwa hal ini membantu mereka untuk berada dalam euro dan saya pasti tidak melihat bagaimana itu membantu seluruh zona euro. Dan saya pikir itu hanya masalah waktu sebelum semua orang menyadari bahwa perpisahan adalah strategi terbaik."

Greenspan, yang mengepalai Federal Reserve 1987-2006, mengatakan, zona euro tidak bisa berlanjut dalam bentuk saat ini tanpa integrasi politik.

Pemerintahan baru yang dipimpin oleh Perdana Menteri Alexis Tsipras dan partai kiri radikal Syriza terpilih bulan lalu karena satu pijakan mengakhiri penghematan dan mengurangi beban utang Yunani.

Tetapi Jerman dan Bank Sentral Eropa (ECB) telah menunjukkan hanya ada sedikit ruang untuk bermanuver pada ketentuan kesepakatan penyelamatan negara itu sebesar 240 miliar euro (275 miliar dolar AS) dari Uni Eropa-IMF.