Replika pohon Mei Hwa marak diperdagangkan
9 Februari 2015 10:43 WIB
Penjaga toko merapikan duplikat Pohon Mei Hwa yang dijual, di Makassar, Sulsel, Selasa (29/1). Pohon Mei Hwa yang oleh warga Tionghoa dianggap sebagai lambang harapan, keuletan, kebahagiaan, dan kesejahteraan, merupakan pelengkap pada perayaan Imlek dan dijual dengan harga mulai ratusan hingga jutaan rupiah tergantung dari ukuran. (FOTO ANTARA/Dewi Fajriani) ()
Palembang (ANTARA News) - Replika pohon mei hwa mulai marak diperdagangkan di Kota Palembang, Sumatera Selatan menjelang perayaan Tahun Baru Imlek yang jatuh pada 19 Februari 2015.
Duplikat pohon keberuntungan bagi warga Tionghoa itu tidak hanya dijual di pertokoan dan pusat perbelanjaan tetapi juga tampak dijual di kaki lima kawasan jalan tertentu, di Palembang, Senin.
Salah seorang pedagang duplikat pohon mei hwa di kawasan Jalan Radial akses menuju pusat perbelanjaan Ilir Barat Permai dan mal Palembang Indah Mall (PIM), Silvia mengatakan, setiap menjelang Imlek selalui memanfaatkan halaman tokonya utuk menggelar barang dagangan musiman tersebut.
Berdagang duplikat pohon mei hwa setiap menjelang Imlek menjanjikan keuntungan yang cukup besar, sehingga momentum tersebut selalu dinantikan sebagai peluang usaha tahunan.
Pohon hias dengan dominasi warna merah dan pink itu terbuat dari potongan ranting pohon dan bunga plastik.
Duplikat pohon mei hwa tersebut dijual dengan harga bervariasi tergantung bentuk dan ukuran besar-kecilnya, mulai dari Rp150.000 hingga Rp600.000 per pohon, kata pedagang itu menjelaskan.
Sementara salah seorang warga Tionghoa Aguan mengatakan, pohon mei hwa bagi warga keturunan dianggap sebagai lambang harapan, keuletan, kebahagiaan, dan kesejahteraan.
"Pohon mei hwa di tanah leluhur kami tumbuh subur dan indah pada musim semi sehingga diartikan juga sebagai sebuah semangat baru dan harapan baru menyongsong kehidupan yang lebih baik," ujarnya .
Berdasarkan filosofi atau pandangan tersebut, duplikat pohon mei hwa wajib ada di setiap rumah warga Tionghoa, tanpa hiasan pohon tersebut rasanya perayaan Imlek kurang lengkap.
Tahun baru Imlek merupakan perayaan terpenting warga Tionghoa, dimulai di hari pertama bulan pertama penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh di tanggal kelima belas, kata dia.
Duplikat pohon keberuntungan bagi warga Tionghoa itu tidak hanya dijual di pertokoan dan pusat perbelanjaan tetapi juga tampak dijual di kaki lima kawasan jalan tertentu, di Palembang, Senin.
Salah seorang pedagang duplikat pohon mei hwa di kawasan Jalan Radial akses menuju pusat perbelanjaan Ilir Barat Permai dan mal Palembang Indah Mall (PIM), Silvia mengatakan, setiap menjelang Imlek selalui memanfaatkan halaman tokonya utuk menggelar barang dagangan musiman tersebut.
Berdagang duplikat pohon mei hwa setiap menjelang Imlek menjanjikan keuntungan yang cukup besar, sehingga momentum tersebut selalu dinantikan sebagai peluang usaha tahunan.
Pohon hias dengan dominasi warna merah dan pink itu terbuat dari potongan ranting pohon dan bunga plastik.
Duplikat pohon mei hwa tersebut dijual dengan harga bervariasi tergantung bentuk dan ukuran besar-kecilnya, mulai dari Rp150.000 hingga Rp600.000 per pohon, kata pedagang itu menjelaskan.
Sementara salah seorang warga Tionghoa Aguan mengatakan, pohon mei hwa bagi warga keturunan dianggap sebagai lambang harapan, keuletan, kebahagiaan, dan kesejahteraan.
"Pohon mei hwa di tanah leluhur kami tumbuh subur dan indah pada musim semi sehingga diartikan juga sebagai sebuah semangat baru dan harapan baru menyongsong kehidupan yang lebih baik," ujarnya .
Berdasarkan filosofi atau pandangan tersebut, duplikat pohon mei hwa wajib ada di setiap rumah warga Tionghoa, tanpa hiasan pohon tersebut rasanya perayaan Imlek kurang lengkap.
Tahun baru Imlek merupakan perayaan terpenting warga Tionghoa, dimulai di hari pertama bulan pertama penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh di tanggal kelima belas, kata dia.
Pewarta: Yudi Abdullah
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: