Surabaya (ANTARA News) - Dini hari pukul 04.00 WIB, iring-iringan 22 Honda HR-V berangkat dari penginapan di bibir tebing padang pasir Bromo.

Konvoi bergerak di jalan berbatu yang licin dan terus menanjak, rata-rata 30 derajat bahkan ada yang 45 derajat.

Mobil berhenti di tanjakan bisa membuat pengemudi dan penumpang deg-degan, namun itu adalah saat yang tepat untuk mencoba fitur Auto Brake Hold.

Tekan tombolnya, maka pengemudi bisa melepaskan injakan rem dan kendaraan tetap berhenti sempurna di tanjakan (atau turunan).

Bila akan maju untuk merapatkan antrean, injak pedal gas hingga jarak yang diinginkan lalu tekan rem sampai HR-V berhenti; Auto Brake Hold otomatis kembali menjalankan tugasnya.

Tombol Auto Brake Hold bisa dijangkau telunjuk kiri dari lengan yang sedang rebah di arm rest, jadi pengemudi tetap dalam posisi rileks meski kendaraan antre di tanjakan.

Satu lagi yang membuat mengemudi terasa "gampang dan nyaman" adalah tombol Electric Parking Brake.

Mengaktifkan rem tangan cuma perlu memencet tombol, tidak lagi menarik tuas hingga bunyi "kreeek". Menonaktifkannya cukup pencet kembali tombol atau injak pedal gas.

Oh ya, jika karena satu dan lain hal pengemudi panik lalu menginjak rem dan gas bersamaan, HR-V akan memilih rem, alias sudah dilengkapi Brake Override System.

Sesampai di Penanjakan Satu, rombongan turun dari kendaraan masing-masing dan menyaksikan fajar menyingsing dengan latar depan padang pasir Bromo.

"Wah, kalau seperti ini, semua orang bisa bawa ke daerah terjal," kata seorang reporter mingguan otomotif.

Ketika matahari mulai meninggi, semua anggota rombongan masuk ke HR-V masing-masing lalu konvoi berbalik arah.

Menghadapi turunan tajam, kami mencoba fitur paddle shift pada HR-V matic 1,8 L CVT. Umumnya fitur ini ada pada kendaraan dengan kelas dan kapasitas mesin lebih besar.

Fitur sporty berupa tuas kecil di belakang lingkar kemudi ini gunanya memindahkan gigi secara manual pada kendaraan otomatis.

Kami sengaja "mengunci" gigi satu untuk mendapatkan "engine brake" di turunan.

Selama perjalanan naik maupun turun, tak satupun kendaraan HR-V "mentok" saat melintasi jalan berbatu ke titik Penanjakan Satu untuk melihat sunrise di Bromo.

Hal ini berkat velg 17 inci dan ground clereance HR-V yang 185 mm, sedikit lebih tinggi dari saingan sekelasnya, Juke, dengan ground clereance 170mm.

Panjang dan lebar HR-V justru sama dengan Outlander, sesama crossover yang punya kapasitas mesin lebih besar.

Keduanya memiliki panjang 4.295 mm dan lebar 1.770 mm, namun wheelbase HR-V lebih pendek yaitu 2.610 mm sedangkan Outlander 2.670 mm.

Akselerasi

Uji selanjutnya adalah di kawasan Pasir Berbisik. Berkaitan dengan izin, hanya beberapa unit HR-V yang boleh turun ke padang pasir Bromo tersebut.

Lintasan dengan panjang sekitar satu kilometer telah disediakan antara lain untuk menguji manuver HR-V membentuk angka 8, akselerasi di trek lurus, berbelok di tikungan menanjak.

Tidak ada peserta yang mengalami masalah dalam uji tersebut, mungkin karena trek yang disediakan tidak ekstrem untuk menguji batas kemampuan HR-V yang bersistem penggerak roda depan.

"Handlingnya khas Honda, serasa Jazz," kata Dani, wartawan majalah otomotif.

HR-V memang satu platform dengan Jazz, mesinnya pun sama dengan Honda Jazz (untuk varian 1,5 liter) maupun Honda Civic (varian 1,8 liter).

Satu hal yang disukai para wartawan otomotif, khususnya yang berbadan jangkung, adalah saat duduk di kursi belakang, lutut mereka leluasa alias "tidak mentok" ke sandaran kursi depan.

HR-V tergolong kendaraan ukuran kompak namun jarak kaki di baris ke-2 sama persis dengan "kakaknya", Honda CR-V.

"Jadi, duduk di bangku baris ke-2, tetap nyaman," kata Marketing dan Aftersales Service Director PT Honda Prospect Motor Jonfis Fandy.

Dari Bromo, konvoi bergerak ke Surabaya. Sepanjang perjalanan tersebut multi information display memberi tahu konsumsi BBM HR-V 1.5 L berkisar pada 16km/liter sedangkan panel pada HR-V 1.8 angkanya berkisar pada 14 km/liter. Terdapat indikator Eco Assist di panel yang akan menyala hijau jika pengemudi berkendara secara efisien (eco driving).

Lalu lintas yang selalu ramai membuat kami tidak bisa menggunakan fitur cruise control.

Jalanan umum juga menjadikan kami tak sempat mencoba fitur pintar yang otomatis mengkoreksi stir jika ada gejala selip, understeer, atau oversteer. Fitur itu diberi nama Motion Adaptive EPS + Vehicle Stability Assist.

Cuaca yang terik sepanjang Bromo - Sidoarjo - Surabaya "dilawan" dengan AC yang mengalir dari dashboard. Dashboard HR-V memiliki outlet AC yang panjangnya sekitar 40 cm.

Di tambah lagi seluruh kaca HR-V dilindungi Heat Rejecting Green Tinted Glass yang berfungsi untuk menolak sinar UV dan mengurangi panas sinar matahari yang masuk ke dalam kabin.

Meski begitu, jika saja ada outlet AC untuk kursi baris kedua, penumpang baris kedua tentu lebih nyaman dan leluasa mengatur tingkat kesejukan baris belakang.

Tidak ada keluhan mengenai kinerja mesin HR-V, namun beberapa wartawan merasa bantingan di kursi belakang seharusnya bisa lebih halus tanpa menghilangkan karakter sport dari HR-V.

Bunyi "grudug" bagian belakang saat melibas jalanan bergelombang menurut beberapa wartawan seharusnya masih bisa lebih senyap.

"Kalau orang awam, bisa disangka kurang rigid nih kaki belakang," kata seorang wartawan mengenai suspensi H-shape torsion beam untuk bagian belakang HR-V. Suspensi depan adalah MacPherson strut.

Soal menghadirkan suasana fun, siiip. HR-V 1,8 CVT yang kami kendarai memiliki panoramic dan sun roof, atap kaca yang saat dibuka menghadirkan sensasi bebas, sekaligus menjadi saat yang tepat untuk memanfaatkan tongsis.

Kursi depan maupun belakang bisa dilipat dan disusun menjadi berbagai konfigurasi, salah satunya yang kami coba adalah refresh mode; kursi depan yang bisa dilipat dan diatur hingga rata dengan jok belakang, mirip kasur.

Upgrade

HR-V dihadirkan di Indonesia untuk "menutup" jarak harga yang selama ini kosong antara Honda Jazz dengan Honda CR-V.

"Dengan HR-V, kami ingin menggarap pemilik Jazz yang ingin upgrade. Selama ini upgrade terdekatnya hanya CR-V, padahal selisih harganya Rp300-an juta, terlalu jauh. Akibatnya, selama ini pemilik Jazz yang ingin upgrade kendaraannya, lari ke merek lain," kata Jonfis.

Dia menjelaskan, HR-V masuk golongan crossover karena desain dan ketangguhannya mengacu SUV, utilitasnya MPV (karena kursi yang bisa dilipat untuk membawa barang) , sedangkan interior depan dirancang agar identik dengan mobil sport atau coupe.

Terdapat beberapa varian HR-V, mulai dari kisaran harga Rp243 juta (on the road Jakarta) untuk tipe 1.5 L A transmisi manual hingga sekitar Rp355 juta untuk HR-V 1.8L Prestige.

Pada tipe teratas, lampu depan menggunakan LED dan LED daytime running light serta Auto Headlight Adjuster.

Fitur keselamatan tipe Prestige bahkan dilengkapi kantong udara untuk benturan samping yaitu side curtain airbags + side airbags, selain dua SRS airbag bagian depan yang tersedia pada semua varian.

Standar fitur keselamatan lainnya untuk semua tipe antara lain ABS+EBD+BA, hill start assist, motion adaptive EPS + vehicle stability assist.

Honda menyebut HR-V sebagai kendaraan compact utility vehicle/CUV.

"Kalau menurut kategori Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia GAIKINDO, adanya hanya low SUV dan SUV. HR-V 1,5 masuk kategori LSUV sedangkan tipe 1,8 masuk SUV," terang Jonfis.