Jakarta (ANTARA News) - "Wow!" kata Susanne Erhards begitu melihat lukisan "Penangkapan Pangeran Diponegoro" karya Raden Saleh.

Selama 32 tahun menggeluti dunia konservasi lukisan, ia banyak menemukan contoh kerusakan pada sebuah lukisan.

Ia sempat termenung mengenang pertama kali melihat lukisan buatan tahun 1857 itu.

"Rasanya semua di situ.. Saya sampai bingung menjelaskannya," kata Erhards.

Erhards merestorasi tiga lukisan Raden Saleh, yaitu "Penangkapan Pangeran Diponegoro", "Harimau Minum" (1863) dan "Patroli Tentara Belanda" (1871).

Ia berpendapat lukisan tentang Diponegoro lah yang paling sulit di antara ketiga lukisan tersebut.

Secara garis besar, ia melihat kerusakan lukisan tersebut terletak pada kanvas, struktur dan bingkai.

"Lukisan ini tua sekali, ada beberapa bagian yang hilang," jelasnya.

Proses restorasi lukisan tersebut memakan waktu hingga dua bulan dan dilakukan di Jakarta.

Lukisan tersebut dibuat di atas kanvas dengan cat minyak, tetapi, Erhards merestorasinya dengan cat berbahan dasar air.

"Agar lebih mudah dihapus dan tidak merusak lukisan," kata dia.

Merestorasi lukisan memang bukan berarti menggunakan bahan yang persis sama dengan lukisan asli.

Dari segi pewarnaan pun, konservator tidak harus menggunakan komponen warna yang persis sama.

Dalam lukisan tersebut, Raden Saleh mencampur dua pigmen untuk menghasilkan warna langit.

Sekarang ini, kata Erhards, kedua pigmen warna yang dipakai Raden Saleh tersebut menghasilkan warna biru yang lebih terang.

Ia pun mencampur satu komponen lagi agar warna menjadi lebih gelap.

Lukisan hasil restorasi sebaiknya menunjukkan pernah diperbarui tanpa menghilangkan kesan tua.

"Saya kira, orang Indonesia ingin melihat lukisan lama, tapi tetap ini harus kelihatan seperti baru," katanya.

Karakteristik Raden Saleh Tiga kali merestorasi lukisan Raden Saleh membuat Erhards memahami karakter yang muncul di setiap lukisannya.

"Dia sangat detail," kata Erhards.

Bahkan menurut Erhards, lukisan "Penangkapan Pangeran Diponegoro" seperti foto.

"Dia sangat menangkap momen penangkapan itu,"jelasnya.

Detail lukisan tersebut bahkan sampai ke pola kain batik yang digunakan sosok pribumi dalam lukisan tersebut.

"Pola batiknya sangat indah, berhubungan dengan yang ada sekarang," katanya.

Lukisan karya penganut humanisme itu pun terstruktur.

"Dia merencanakan semuanya," katanya.

Contohnya, kata Erhards, adalah bagaimana Raden Saleh menggambarkan posisi orang-orang yang berkuasa.

"Ada maksud politis di situ," katanya.

Bagi Erhards, Raden Saleh merupakan salah satu tantangan terbesarnya.

"Tapi, saya tidak mau menyerah," katanya.

Restorasi Erhards terhadap "Penangkapan Pangeran Diponegoro" dapat dilihat di pameran "Aku Diponegoro" di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta mulai 6 Februari hingga 8 Maret 2015.