"Saya ke sini tidak membawa apa-apa, tapi mau menawarkan program transmigrasi, barangkali ada yang mau," ujar Jafar, yang mengenakan baju dingin berwarna coklat itu.
Kampung Pulo Nangka Barat II itu pemukiman kumuh padat penduduk di bantaran kali. Sebagian besar penduduk di kawasan itu bekerja sebagai buruh lepas dan karyawan di pertokoan.
Program transmigrasi, lanjut dia, memberi harapan hidup yang lebih baik kepada masyarakat, karena diberi tanah, pembinaan, hingga bekal hidup. "Di luar Jawa masih banyak lahan kosong yang bisa digarap untuk kehidupan yang lebih baik."
Para transmigran, sambung dia, boleh memilih daerah tujuan transmigrasi seperti Sumatera, Kalimantan,
Jafar juga menjelaskan jangan khawatir menjadi transmigrasi, karena pendidikan bagi anak-anak transmigran juga diupayakan. "Banyak anak-anak transmigran yang saat ini menjadi kepala daerah, rektor, dan pejabat penting lainnya."
Sayangnya masyarakat di kampung tersebut kurang tertarik dengan tawaran Jafar itu. "Tidak apa-apa kalau tidak tertarik, mungkin bisa dikabarkan kepada saudaranya," katanya.
Seorang warga Pulo Nangka Barat II, Jono, mengaku tidak tertarik untuk ikut program transmigrasi. "Buat apa jauh-jauh, di sini saja ada pekerjaan," kata Jono.
Warga lainnya, Untung Ambara, mengaku tak sepakat dengan Jono. Untung ingin ikut dalam program transmigrasi karena tidak punya pekerjaan tetap.
Direktorat Peningkatan Kapasitas Manusia dan Masyarakat Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, menganggarkan dana sebesar Rp1,5 triliun untuk transmigrasi. Ditargetkan sekitar 4.005 KK yang akan ditempatkan di daerah transmigrasi pada tahun ini.