Amman (ANTARA News) - Pembakaran hidup-hidup pilot Yordania oleh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) adalah "titik balik" dalam perang Yordania melawan kelompok ekstremis militan itu, kata Menteri Dalam Negeri Yordania Hussein Majali seperti dikutip AFP.

Serangan udara yang kini dilancarkan angkatan udara Yordania hanyalah awal dari proses pembasmian ISIS yang tengah berlangsung, kata sang menteri sebagaimana dilaporkan koran setempat Al-Rai.

Amman mengungkapkan pesawat tempur-pesawat tempurnya telah melancarkan lusinan serangan Kamis kemarin terhadap ISIS setelah mengancam akan melakukan pembalasan besar-besaran atas pembunuhan keji atas pilot Maaz al-Kassasbeh.

ISIS sendiri mengatakan serangan di dekat ibukota ISIS di Raqa tersebut telah ikut menewaskan pekerja kemanusiaan asal Amerika Serikat bernama Kayla Jean Mueller yang diculik mereka pada Agustus 2013, namun Amerika Serikat menyatakan tidak ada bukti yang menguatkan klaim ISIS itu.

Majali mengatakan bahwa rangkaian serangan udara Yordania telah menghancurkan fasilitas, gudang senjata dan pusat pelatihan ISIS Kamis lalu itu adalah awal dari kampanye pembumihangusan ISIS.

"Negara Yordania berhak membalas kepada organisasi teroris ini, dan kami akan memburu mereka di mana pun mereka berada," kata Majali kepada Al-Rai.

"Sejarah mencatat bahwa Yordania tidak akan pernah lupa untuk membalas (serangan semacam itu), tak peduli berapa lama itu berlaku, kami punya sumber-sumber untuk melakukan ini.

"Hari pada saat pembunuhan pilot syahid nan pahlawan itu adalah titik balik dalam sejarah Yordania dalam kaitannya dengan menghadapi kejahatan mengerikan yang dilakukan oleh organisasi teroris pengecut itu," kata sang menteri.

Yordania yang tergabung dalam koalisi anti-ISIS pimpinan AS telah memperluas serangan udaranya ke Irak setelah kelompok ekstrimis ini merilis sebuah video secara online pekan ini yang memperlihatkan pembakaran hidup-hidup Kassasbeh yang ditangkap setelah pesawat tempur F-16 yang dipilotinya jatuh dalam misi di Suriah, demikian AFP.