Raja Abdullah II dikabarkan turut jet tempur basmi ISIS
6 Februari 2015 01:26 WIB
Raja Abdullah II dari Jordania, dalam seragam pilot tempur Angkatan Udara Kerajaan Jordania. Dia disebut-sebut turut dalam sortie serbuan udara ke kantong persembunyian ISIS setelah pilot pesawat tempur Jordania, Letnan Satu Moaz al-Kassasbeh, dibakar hidup-hidup ISIS. (the jordanian royal hashemite court - facebook)
Jakarta (ANTARA News) - Setelah membalas dengan cara menggantung hingga mati dua aktivis ISIS, Raja Abdullah II dari Jordania dikabarkan turut dalam sortie penerbangan jet tempur Angkatan Udara Kerajaan Jordania, Kamis ini.
Sortie serbuan udara itu --dinyatakan-- bukan sembarangan misinya, karena untuk serbuan langsung membasmi kantong-kantong persembunyian ISIS.
Sebagai seorang perwira aktif Angkatan Bersenjata Kerajaan Jordania, Raja Abdullah II memegang lisensi pilot pesawat tempur sejak lama.
Pembicaraan di media sosial banyak membahas itu, di antaranya laman Business Insider dan IraqiNews, dikutip hari ini, di Jakarta, menyatakan, Raja Abdullah II akan berpartisipasi secara pribadi pada Kamis ini dalam serangan udara terhadap tempat persembunyian ISIS, untuk membalas dendam atas eksekusi sangat kejam terhadap pilot Jordania oleh ISIS.
Akun resmi facebook The Jordanian Royal Hashemite Court juga menayangkan foto Raja Abdullah II dalam seragam loreng gurun pilot tempur Angkatan Udara Kerajaan Jordania.
Pilot Angkatan Udara Kerajaan Jordania yang dimaksud itu adalah Letnan Satu Moaz al-Kassasbeh (ada juga yang menuliskan sebagai Muath al-Kassasbeh). Dia ditangkap ISIS setelah F-16 Fighting Falcon-nya ditembak jatuh, dan lelaki 26 tahun itu sempat ditawan.
al-Kassasbeh dijadikan komoditas pertukaran aktivis ISIS, Sajida al-Rishawi. Akhirnya, setelah tenggat waktu habis, ISIS menyiarkan video penggemparkan seluruh dunia: al-Kassasbeh dalam baju terusan warna oranye dan dikurung dalam kerangkeng besi, dibakar hidup-hidup hingga tewas.
Video yang bisa diakses pada beberapa situs dalam masa penayangan singkat itu kemudian ditarik kembali karena menyajikan adegan-adegan sangat kejam dan bisa meninggalkan trauma bagi yang menyaksikan.
Jordania sangat murka atas kejadian kejam pada warga negaranya yang dinilai terjadi pada 3 Januari lalu itu. Cuma dua hari kemudian, al-Rishawi --pilot perempuan yang gagal melakukan bom bunuh diri-- dan anggota Al Qaeda Irak, Ziad al-Karboli, dihukum gantung pada pukul empat pagi waktu setempat, di Amman, Jordania.
Tidak cukup sampai di situ, Raja Abdullah II —penyandang pangkat mayor jenderal sebagai militer aktif Angkatan Darat Kerajaan Jordania— memutuskan turut terbang dalam sortie penyerangan udara kepada kantong-kantong ISIS itu.
Secara tradisi, putra-putra Kerajaan Jordania mengecap pendidikan militer pada masa mudanya. Raja Abdullah II juga demikian, dia tamatan Akademi Angkatan Darat Kerajaan Inggris, di Sandhurst, dan sebagai anggota negara Persemakmuran, dia sempat berdinas di matra darat Angkatan Bersenjata Kerajaan Inggris itu.
Dia juga memiliki lisensi sebagai pilot helikopter serbu, AH-1 Cobra, dan sempat berdinas aktif di skuadron yang mengawaki mesin perang itu. Sebagai mayor Jenderal —saat masih menjadi putra mahkota— dia adalah komandan Pasukan Khusus Kerajaan Jordania.
Sortie serbuan udara itu --dinyatakan-- bukan sembarangan misinya, karena untuk serbuan langsung membasmi kantong-kantong persembunyian ISIS.
Sebagai seorang perwira aktif Angkatan Bersenjata Kerajaan Jordania, Raja Abdullah II memegang lisensi pilot pesawat tempur sejak lama.
Pembicaraan di media sosial banyak membahas itu, di antaranya laman Business Insider dan IraqiNews, dikutip hari ini, di Jakarta, menyatakan, Raja Abdullah II akan berpartisipasi secara pribadi pada Kamis ini dalam serangan udara terhadap tempat persembunyian ISIS, untuk membalas dendam atas eksekusi sangat kejam terhadap pilot Jordania oleh ISIS.
Akun resmi facebook The Jordanian Royal Hashemite Court juga menayangkan foto Raja Abdullah II dalam seragam loreng gurun pilot tempur Angkatan Udara Kerajaan Jordania.
Pilot Angkatan Udara Kerajaan Jordania yang dimaksud itu adalah Letnan Satu Moaz al-Kassasbeh (ada juga yang menuliskan sebagai Muath al-Kassasbeh). Dia ditangkap ISIS setelah F-16 Fighting Falcon-nya ditembak jatuh, dan lelaki 26 tahun itu sempat ditawan.
al-Kassasbeh dijadikan komoditas pertukaran aktivis ISIS, Sajida al-Rishawi. Akhirnya, setelah tenggat waktu habis, ISIS menyiarkan video penggemparkan seluruh dunia: al-Kassasbeh dalam baju terusan warna oranye dan dikurung dalam kerangkeng besi, dibakar hidup-hidup hingga tewas.
Video yang bisa diakses pada beberapa situs dalam masa penayangan singkat itu kemudian ditarik kembali karena menyajikan adegan-adegan sangat kejam dan bisa meninggalkan trauma bagi yang menyaksikan.
Jordania sangat murka atas kejadian kejam pada warga negaranya yang dinilai terjadi pada 3 Januari lalu itu. Cuma dua hari kemudian, al-Rishawi --pilot perempuan yang gagal melakukan bom bunuh diri-- dan anggota Al Qaeda Irak, Ziad al-Karboli, dihukum gantung pada pukul empat pagi waktu setempat, di Amman, Jordania.
Tidak cukup sampai di situ, Raja Abdullah II —penyandang pangkat mayor jenderal sebagai militer aktif Angkatan Darat Kerajaan Jordania— memutuskan turut terbang dalam sortie penyerangan udara kepada kantong-kantong ISIS itu.
Secara tradisi, putra-putra Kerajaan Jordania mengecap pendidikan militer pada masa mudanya. Raja Abdullah II juga demikian, dia tamatan Akademi Angkatan Darat Kerajaan Inggris, di Sandhurst, dan sebagai anggota negara Persemakmuran, dia sempat berdinas di matra darat Angkatan Bersenjata Kerajaan Inggris itu.
Dia juga memiliki lisensi sebagai pilot helikopter serbu, AH-1 Cobra, dan sempat berdinas aktif di skuadron yang mengawaki mesin perang itu. Sebagai mayor Jenderal —saat masih menjadi putra mahkota— dia adalah komandan Pasukan Khusus Kerajaan Jordania.
Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015
Tags: