BPS: ekonomi Indonesia 2014 tumbuh 5,02 persen
5 Februari 2015 16:28 WIB
Ilustrasi - Foto udara wilayah ibukota dilihat dari kawasan Pantai Utara Jakarta, Rabu, 2 Januari 2013. (ANTARA/Andika Wahyu)
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin menyampaikan ekonomi Indonesia secara kumulatif pada 2014 hanya tumbuh sebesar 5,02 persen atau relatif melambat sejak lima tahun terakhir.
"Tren pertumbuhan ekonomi terjadi perlambatan sejak 2010. Sejak 2010 hingga 2013, pertumbuhan ekonomi menurun dari angka 6,38 persen hingga 5,58 persen," kata Suryamin dalam pemaparan di Jakarta, Kamis.
Rilis Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2014 ini mengikuti penghitungan tahun dasar berlaku yang terbaru yaitu tahun 2010, yang dimulai sejak triwulan IV-2014 dan menyertakan sebanyak 17 jenis sektor lapangan usaha.
Sebelumnya, BPS menghitung PDB menggunakan tahun dasar berlaku 2000, yang hanya menghitung sembilan jenis sektor lapangan usaha. Berdasarkan tahun dasar seri 2000 tersebut, maka pertumbuhan ekonomi 2014 tercatat 5,06 persen.
Suryamin menjelaskan salah satu sektor yang memberikan distribusi terbesar terhadap PDB pada 2014 adalah industri pengolahan yaitu sebesar 21,02 persen. Industri ini sepanjang tahun tumbuh 4,63 persen.
Sektor lainnya adalah perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor yang tumbuh sepanjang 2014 sebesar 4,84 persen dan pertanian, kehutanan dan perikanan yang tumbuh 4,18 persen, dan masing-masing memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 13,38 persen.
"Sektor lainnya seperti konstruksi, pertambangan, transportasi, jasa perusahaan, pengadaan listrik dan gas, jasa kesehatan, dan pengadaan air ikut memberikan kontribusi, walau share-nya tidak tinggi," kata Suryamin.
Pengeluaran komponen konsumsi lembaga non profit rumah tangga menyumbang PDB tertinggi setelah tumbuh 12,43 persen pada 2014, diikuti konsumsi rumah tangga 5,14 persen, pembentukan modal tetap bruto 4,12 persen, konsumsi pemerintah 1,98 persen, ekspor 1,02 persen dan impor 2,19 persen.
"Konsumsi lembaga non profit rumah tangga menyumbang kontribusi tertinggi, karena ada pemilihan umum, mulai dari persiapan hingga penyelenggaraan. Sedangkan, konsumsi rumah tangga relatif stabil, meskipun harga BBM dan jumlah penduduk bertambah," kata Suryamin.
Namun, konsumsi rumah tangga masih menyumbang distribusi terbesar pada PDB yaitu 56,07 persen, diikuti pembentukan modal tetap bruto 32,57 persen, ekspor 23,72 persen, konsumsi pemerintah 9,54 persen, konsumsi lembaga non profit rumah tangga 1,18 persen dan impor 24,77 persen.
Secara spasial, pertumbuhan ekonomi tahun 2014 masih didorong oleh aktivitas perekonomian di Jawa yang tumbuh 5,59 persen, Sumatera 4,66 persen, Bali dan Nusa Tenggara 5,86 persen, Kalimantan 3,19 persen, Sulawesi 6,88 persen serta Maluku dan Papua 4,32 persen.
Suryamin menambahkan Pulau Jawa juga menyumbang struktur perekonomian tertinggi terhadap PDB yaitu mencapai 57,39 persen, diikuti Sumatera 23,16 persen dan pulau-pulau lainnya kurang dari 10 persen.
"Pertumbuhan tertinggi terjadi di Sulawesi Barat 8,73 persen, Jambi 7,93 persen dan Sulawesi Selatan 7,57 persen. Provinsi yang memiliki pertumbuhan di bawah pertumbuhan ekonomi Indonesia, adalah Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Papua, Riau, Kalimantan Timur dan Aceh," katanya.
Seluruh penghitungan perekonomian Indonesia ini, diukur berdasarkan PDB atas dasar berlaku yang telah mencapai Rp10.542,7 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp41,8 juta atau sekitar 3.531,5 dolar AS.
"Tren pertumbuhan ekonomi terjadi perlambatan sejak 2010. Sejak 2010 hingga 2013, pertumbuhan ekonomi menurun dari angka 6,38 persen hingga 5,58 persen," kata Suryamin dalam pemaparan di Jakarta, Kamis.
Rilis Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2014 ini mengikuti penghitungan tahun dasar berlaku yang terbaru yaitu tahun 2010, yang dimulai sejak triwulan IV-2014 dan menyertakan sebanyak 17 jenis sektor lapangan usaha.
Sebelumnya, BPS menghitung PDB menggunakan tahun dasar berlaku 2000, yang hanya menghitung sembilan jenis sektor lapangan usaha. Berdasarkan tahun dasar seri 2000 tersebut, maka pertumbuhan ekonomi 2014 tercatat 5,06 persen.
Suryamin menjelaskan salah satu sektor yang memberikan distribusi terbesar terhadap PDB pada 2014 adalah industri pengolahan yaitu sebesar 21,02 persen. Industri ini sepanjang tahun tumbuh 4,63 persen.
Sektor lainnya adalah perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor yang tumbuh sepanjang 2014 sebesar 4,84 persen dan pertanian, kehutanan dan perikanan yang tumbuh 4,18 persen, dan masing-masing memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 13,38 persen.
"Sektor lainnya seperti konstruksi, pertambangan, transportasi, jasa perusahaan, pengadaan listrik dan gas, jasa kesehatan, dan pengadaan air ikut memberikan kontribusi, walau share-nya tidak tinggi," kata Suryamin.
Pengeluaran komponen konsumsi lembaga non profit rumah tangga menyumbang PDB tertinggi setelah tumbuh 12,43 persen pada 2014, diikuti konsumsi rumah tangga 5,14 persen, pembentukan modal tetap bruto 4,12 persen, konsumsi pemerintah 1,98 persen, ekspor 1,02 persen dan impor 2,19 persen.
"Konsumsi lembaga non profit rumah tangga menyumbang kontribusi tertinggi, karena ada pemilihan umum, mulai dari persiapan hingga penyelenggaraan. Sedangkan, konsumsi rumah tangga relatif stabil, meskipun harga BBM dan jumlah penduduk bertambah," kata Suryamin.
Namun, konsumsi rumah tangga masih menyumbang distribusi terbesar pada PDB yaitu 56,07 persen, diikuti pembentukan modal tetap bruto 32,57 persen, ekspor 23,72 persen, konsumsi pemerintah 9,54 persen, konsumsi lembaga non profit rumah tangga 1,18 persen dan impor 24,77 persen.
Secara spasial, pertumbuhan ekonomi tahun 2014 masih didorong oleh aktivitas perekonomian di Jawa yang tumbuh 5,59 persen, Sumatera 4,66 persen, Bali dan Nusa Tenggara 5,86 persen, Kalimantan 3,19 persen, Sulawesi 6,88 persen serta Maluku dan Papua 4,32 persen.
Suryamin menambahkan Pulau Jawa juga menyumbang struktur perekonomian tertinggi terhadap PDB yaitu mencapai 57,39 persen, diikuti Sumatera 23,16 persen dan pulau-pulau lainnya kurang dari 10 persen.
"Pertumbuhan tertinggi terjadi di Sulawesi Barat 8,73 persen, Jambi 7,93 persen dan Sulawesi Selatan 7,57 persen. Provinsi yang memiliki pertumbuhan di bawah pertumbuhan ekonomi Indonesia, adalah Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Papua, Riau, Kalimantan Timur dan Aceh," katanya.
Seluruh penghitungan perekonomian Indonesia ini, diukur berdasarkan PDB atas dasar berlaku yang telah mencapai Rp10.542,7 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp41,8 juta atau sekitar 3.531,5 dolar AS.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015
Tags: