Pembakaran hidup-hidup pilot sebagai tidak Islami
4 Februari 2015 23:21 WIB
ilustrasi Seorang pria bertopeng membawa pisau di tengah dua pria yang berlutut dalam gambar dari potongan video yang dirilis oleh kelompok militan Negara Islam, Selasa (20/1). Kelompok militan Negara Islam merilis video dalam jaringan Selasa kemarin, yang menunjukkan dua warga negara Jepang yang ditawan dan diancam akan dibunuh kecuali ditebus dengan uang sebesar 200 juta dolar. (REUTERS/Social media website via Reuters TV)
Dubai/Amman (ANTARA News) - Para Ulama Muslim secara luas mengutuk pembakaran pilot Jordania oleh kelompok Negara Islam (ISIS) dan menilai bentuk pembunuhan seperti itu sebagai hal yang tercela dalam Islam, tidak peduli apapun konteksnya.
Milisi Negara Islam meluncurkan sebuah video pada Selasa yang menampilkan pilot yang ditahan, Mouath al-Kasaesbeh, dibakar hidup-hidup dalam suatu sangkar.
Jordan, yang telah berpartisipasi dalam kampanye militer yang dipimpin Amerika Serikat untuk mengebom lokasi-lokasi Negara Islam, semalam merespon dengan mengeksekusi dua terpidana mati al Qaeda.
Otoritas Muslim tertinggi Mesir, Universitas Al-Azhar yang telah berusia 1.000 tahun dan dihormati oleh umat Islam Sunni di seluruh dunia, mengeluarkan pernyataan yang mengungkapkan "kemarahan mendalam atas aksi teroris rendahan" yang disebut sebagai kelompok "Setan, teroris".
Ulama besar Syekh Al-Azhar, Ahmed al-Tayeb, mengatakan para pembunuh itu sendiri pantas untuk "dibunuh, disalib atau diamputasi."
Ulama Arab Saudi Salman al-Odah menulis di akun Twitter-nya, "Pembakaran merupakan kejahatan keji yang ditolak oleh hukum Islam terlepas dari penyebabnya."
"Hal ini dilarang baik untuk individu atau kelompok. Hanya Allah yang menyiksa dengan api," tambahnya.
Negara Islam mengutip perintah agama di Twitter, yang memutuskan bahwa dibolehkan dalam Islam untuk membakar kafir sampai mati.
Bahkan para ulama yang bersimpati dengan alasan kelompok Negara Islam mengatakan jika tindakan membakar seseorang hidup-hidup dan merekam pembunuhan itu akan merusak citra Negara Islam, sebuah cabang Al Qaeda yang menguasai wilayah luas di Suriah dan Irak, dan juga dikenal sebagai ISIL atau ISIS.
"Ini melemahkan popularitas Negara Islam karena kami melihat Islam sebagai agama rahmat dan toleransi. Bahkan dalam panasnya pertempuran, tawanan perang diberi pengobatan yang baik," kata Abu Sayaf, seorang ulama Salafi Jordania yang juga dikenal sebagai Mohamed al-Shalabi yang menghabiskan hampir sepuluh tahun di penjara Jordania untuk kegiatan militan termasuk rencana untuk menyerang pasukan Amerika Serikat.
"Bahkan jika Negara Islam mengatakan Mouath telah mengebom, dan membakar dan membunuh kami dan kami menghukumnya dengan cara yang dia lakukan untuk kami, kami katakan, OK tapi mengapa merekamnya dengan cara yang mengejutkan ini?" katanya. "Metode ini telah membuat publik menentang mereka."
SITE, layanan pengawasan yang berkantor di Amerika Serikat, mengutip Abdullah bin Muhammad al-Muhaysini, yang digambarkan sebagai gerilyawan Arab Saudi, mengatakan di Twitter akan lebih baik jika penculik Kasaesbeh menukar dia untuk "tawanan Muslim". Pembunuhannya akan membuat orang-orang biasa bersimpati kepada Kasaesbeh, katanya.
Namun, beberapa pengagum Negara Islam menyoraki pembunuhan itu.
Dalam pesan Twitter, seseorang yang menggunakan nama Suhaib berkata, "untuk setiap pilot yang berpartisipasi dalam koalisi tentara salib melawan pejuang suci - tahu bahwa pesawat Anda mungkin jatuh dalam misi berikutnya. Tidur nyenyak! "
Pembunuhanan itu dikecam di media Arab. Surat kabar pan-Arab Al-Hayat menerbitkan laporan di halaman depan dengan judul "barbar".
Harian surat kabar Arab Saudi al-Riyadh menulis bahwa negara Islam telah "mempertajam kebiadaban dan pendekatan berdarahnya" dengan membakar Kasaesbeh, demikian Reuters.
(G003)
Milisi Negara Islam meluncurkan sebuah video pada Selasa yang menampilkan pilot yang ditahan, Mouath al-Kasaesbeh, dibakar hidup-hidup dalam suatu sangkar.
Jordan, yang telah berpartisipasi dalam kampanye militer yang dipimpin Amerika Serikat untuk mengebom lokasi-lokasi Negara Islam, semalam merespon dengan mengeksekusi dua terpidana mati al Qaeda.
Otoritas Muslim tertinggi Mesir, Universitas Al-Azhar yang telah berusia 1.000 tahun dan dihormati oleh umat Islam Sunni di seluruh dunia, mengeluarkan pernyataan yang mengungkapkan "kemarahan mendalam atas aksi teroris rendahan" yang disebut sebagai kelompok "Setan, teroris".
Ulama besar Syekh Al-Azhar, Ahmed al-Tayeb, mengatakan para pembunuh itu sendiri pantas untuk "dibunuh, disalib atau diamputasi."
Ulama Arab Saudi Salman al-Odah menulis di akun Twitter-nya, "Pembakaran merupakan kejahatan keji yang ditolak oleh hukum Islam terlepas dari penyebabnya."
"Hal ini dilarang baik untuk individu atau kelompok. Hanya Allah yang menyiksa dengan api," tambahnya.
Negara Islam mengutip perintah agama di Twitter, yang memutuskan bahwa dibolehkan dalam Islam untuk membakar kafir sampai mati.
Bahkan para ulama yang bersimpati dengan alasan kelompok Negara Islam mengatakan jika tindakan membakar seseorang hidup-hidup dan merekam pembunuhan itu akan merusak citra Negara Islam, sebuah cabang Al Qaeda yang menguasai wilayah luas di Suriah dan Irak, dan juga dikenal sebagai ISIL atau ISIS.
"Ini melemahkan popularitas Negara Islam karena kami melihat Islam sebagai agama rahmat dan toleransi. Bahkan dalam panasnya pertempuran, tawanan perang diberi pengobatan yang baik," kata Abu Sayaf, seorang ulama Salafi Jordania yang juga dikenal sebagai Mohamed al-Shalabi yang menghabiskan hampir sepuluh tahun di penjara Jordania untuk kegiatan militan termasuk rencana untuk menyerang pasukan Amerika Serikat.
"Bahkan jika Negara Islam mengatakan Mouath telah mengebom, dan membakar dan membunuh kami dan kami menghukumnya dengan cara yang dia lakukan untuk kami, kami katakan, OK tapi mengapa merekamnya dengan cara yang mengejutkan ini?" katanya. "Metode ini telah membuat publik menentang mereka."
SITE, layanan pengawasan yang berkantor di Amerika Serikat, mengutip Abdullah bin Muhammad al-Muhaysini, yang digambarkan sebagai gerilyawan Arab Saudi, mengatakan di Twitter akan lebih baik jika penculik Kasaesbeh menukar dia untuk "tawanan Muslim". Pembunuhannya akan membuat orang-orang biasa bersimpati kepada Kasaesbeh, katanya.
Namun, beberapa pengagum Negara Islam menyoraki pembunuhan itu.
Dalam pesan Twitter, seseorang yang menggunakan nama Suhaib berkata, "untuk setiap pilot yang berpartisipasi dalam koalisi tentara salib melawan pejuang suci - tahu bahwa pesawat Anda mungkin jatuh dalam misi berikutnya. Tidur nyenyak! "
Pembunuhanan itu dikecam di media Arab. Surat kabar pan-Arab Al-Hayat menerbitkan laporan di halaman depan dengan judul "barbar".
Harian surat kabar Arab Saudi al-Riyadh menulis bahwa negara Islam telah "mempertajam kebiadaban dan pendekatan berdarahnya" dengan membakar Kasaesbeh, demikian Reuters.
(G003)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: