Pekanbaru (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, mengatakan pola hidup yang tidak sehat serta suka mengkonsumsi makanan siap saji bisa memicu serangan penyakit kanker.

"Makanan siap saji dan instan mengandung banyak bahan kimia dan pengawet," kata Kadiskes Pekanbaru, Helda S Munir, di Pekanbaru, Rabu.

Dia menjelas di hari peringatan kanker se-dunia ini pihaknya mengaku prihatin, karena umumnya kaum wanita rentan terserang penyakit ini. Untuk itu pihaknya selalu melakukan sosialisasi terhadap masyarakat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad. selain juga melalui berbagai kegiatan kesehatan lainnya.

Kata dia, meski kanker untuk saat ini di Pekanbaru belum termasuk kepada 10 penyakit besar yang membahayakan. Sehingga pelayanan penyakit ini tidak termasuk layanan dasar di di Puskesmas akan tetapi di rujuk ke RS. Namun demikian kata dia, pihaknya sebagai Dinas Kesehatan yang bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat di wilayahnya, tetap memberikan pelayanan dan sosialisasi agar penyebaran kanker bisa di tekan.

Apalagi khususnya kaum wanita yang rentan menjadi sasaran empuk penyakit ini, seperti kanker payudara, rahim, servik dan sebagainya.

"Dipuskesmas memang datanya tidak intensif dilaporkan akan tetapi di RS rujukan," katanya.

Namun dia berharap di masyarakat trend peningkatan kanker tidak meningkat tinggi, agar tidak merusak generasi penerus.

"Kita juga minta pasangan usia subur melakukan pemeriksaan dini, sehingga jika ada penyakit kanker bisa terdeteksi lebih awal,"paparnya.

Berbicara program pemerintah di tingkat dasar terhadap kanker, diharapkan masyarakat menjaga pola hidup sehat dan bersih. Serta mengkonsumsi makanan organik tidak yang siap saji dan instan.

"Komsumsilah asupan gizi yang seimbang, jangan mengkonsumsi makanan mengandung bahan kimia," katanya.

Melda (50) th, warga jalan Fajar, mengakui saat di vonis terserang kanker rahim stadium empat hingga angkat rahim. Namun penyebaran kanker ini sudah sampai ke jaringan lainnya. Dia disarankan harus menjalani kemo teraphy sampai tiga kali untuk membunuh bibit kanker di jaringan sel.

Dia mengaku menyesal, sejak dini tidak memeriksakan rahimnya saat gejala awal terjangkit kanker menghinggapinya tahun 2005.

"Memang awalnya saya bluding berbulan-bulan, tetapi diobati sembuh. Saya tidak lagi periksa, sepuluh tahun kemudian ternyata sudah mengganas," katanya dengan nada miris.