Rupiah Selasa pagi bergerak menguat menjadi Rp12.644
3 Februari 2015 11:03 WIB
Nilai Tukar Rupiah Pengunjung menunjukan lembaran uang Rupiah dan dollar Amerika Serikat di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Rabu (7/1). (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
Jakart (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa pagi bergerak menguat sebesar 41 poin menjadi Rp12.644 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.685 per dolar AS.
"Setelah sempat mendatar, mata uang rupiah bergerak menguat terhadap dolar AS. Sentimen dari data inflasi dan neraca perdagangan Indonesia yang baik masih mampu menopang mata uang domestik," kata pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta, Selasa.
Rully menambahkan bahwa membaiknya laju inflasi dan neraca perdagangan Indonesia dalam jangka pendek ini akan menahan laju tren penguatan dolar AS di dalam negeri. BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia untuk periode Desember 2014 surplus sebesar 190 juta dolar AS. Data lainnya, Januari 2015 terjadi deflasi sebesar 0,24 persen dipicu oleh penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Secara fundamental ekonomi Indonesia masih positif, namun membaiknya perekonomian AS serta ekspektasi kenaikan suku bunga AS dapat menahan laju rupiah untuk meningkat lebih tinggi," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa data purchasing managers index (PMI) manufacturing Tiongkok yang melambat dapat menjadi sentimen negatif bagi mata uang regional termasuk rupiah.
Di sisi lain, lanjut Cipta, situasi politik dalam negeri terkait KPK-Polri juga masih memberikan tambahan sentimen negatif terhadap rupiah, diharapkan Presiden Jokowi dapat meredam konflik itu sehingga investor kembali masuk ke mata uang domestik.
"Rupiah masih berpeluang untuk menguat, apalagi dolar AS mengalami penurunan di pasar global," katanya.
"Setelah sempat mendatar, mata uang rupiah bergerak menguat terhadap dolar AS. Sentimen dari data inflasi dan neraca perdagangan Indonesia yang baik masih mampu menopang mata uang domestik," kata pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta, Selasa.
Rully menambahkan bahwa membaiknya laju inflasi dan neraca perdagangan Indonesia dalam jangka pendek ini akan menahan laju tren penguatan dolar AS di dalam negeri. BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia untuk periode Desember 2014 surplus sebesar 190 juta dolar AS. Data lainnya, Januari 2015 terjadi deflasi sebesar 0,24 persen dipicu oleh penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Secara fundamental ekonomi Indonesia masih positif, namun membaiknya perekonomian AS serta ekspektasi kenaikan suku bunga AS dapat menahan laju rupiah untuk meningkat lebih tinggi," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa data purchasing managers index (PMI) manufacturing Tiongkok yang melambat dapat menjadi sentimen negatif bagi mata uang regional termasuk rupiah.
Di sisi lain, lanjut Cipta, situasi politik dalam negeri terkait KPK-Polri juga masih memberikan tambahan sentimen negatif terhadap rupiah, diharapkan Presiden Jokowi dapat meredam konflik itu sehingga investor kembali masuk ke mata uang domestik.
"Rupiah masih berpeluang untuk menguat, apalagi dolar AS mengalami penurunan di pasar global," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015
Tags: