"Kita mencari sisi positif dari perjanjian ini, dan itu hanya bisa terwujud bila kita menjaga fundamental ekonomi Indonesia," kata Brodjonegoro, di Jakarta, Jumat malam.
Tantangan fundamental ekonomi Indonesia saat ini adalah neraca transaksi berjalan yang masih defisit dibandingkan negara tetangga, di antaranya Singapura, Thailand, Malaysia maupun Filipina yang tercatat surplus.
"Negara lain tercatat surplus karena memiliki kemampuan untuk ekspor tinggi, kecuali Filipina, yang terbantu repatriasi pendapatan tenaga kerja mereka yang bekerja diluar negeri, jadi inflow dari luar Filipina, besar," katanya.
Selain itu juga laju inflasi tinggi yang terjadi dalam dua tahun terakhir, karena masalah pemanfaatan belanja subsidi BBM.