Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro merinci alasan pemerintah merevisi asumsi pertumbuhan ekonomi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan dari 5,8 persen menjadi 5,7 persen.

"Karena kemarin IMF menurunkan pertumbuhan ekonomi global perkiraan dari 3,8 ke 3,5 persen; sehingga kita revisi baseline- nya dari 5,3 ke 5,1 persen," kata Bambang di Jakarta, Selasa.

Bambang mengatakan usaha ekstra pemerintah bisa menambah pertumbuhan ekonomi sebesar 0,5 persen.

"Pertama, melalui belanja yang terkait dari realokasi subsidi BBM khususnya untuk infrastruktur termasuk suntikan modal kepada beberapa BUMN. Itu diharapkan bisa menambah 0,5 persen," katanya.

Dampak positif dari stimulus Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) senilai 60 miliar euro per bulan, lanjut dia, diharapkan bisa memberikan tambahan 0,1 persen lagi.

"Kita harapkan mudah-mudahan kita mendapat imbas positif dari quantitative easing (pelonggaran kuantitatif) yang dilakukan oleh Eropa paling tidak akan menetralisir dampak negatif yang akan muncul dari meningkatnya tingkat bunga AS," katanya.

Bambang mengatakan kebijakan pelonggaran kuantitatif Bank Sentral Eropa akan berdampak pada aset perbankan dan lembaga keuangan di Zona Eropa.

Intinya, lanjut Bambang, ECB ingin mendukung bank-bank di Eropa supaya fungsi intermediasinya jalan. "Jadi mereka akan beli aset-aset bank yang diharapkan dapat membuat bank di Eropa jalan," ujar dia.