Larantuka (ANTARA News) - Jembatan Nusa Nipa sepanjang sekitar delapan meter di Desa Nusa Nipa, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), ambruk diterjang banjir bandang Selasa, (27/1) dini hari.

Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, namun akses jalan menuju Desa Lamatutu dan sejumlah wilayah lain di Kecamatan Tanjung Bunga putus total.

Bupati Flores Timur Yoseph Lagadoni Herin kepada ANTARA, Selasa mengaku baru tiba dilokasi kejadian bersama sejumlah pimpinan instansi terkait, untuk melihat kondisi di lapangan.

"Saya baru tiba di Desa Nusa Nipa. Jembatan hancur dan terbawa banjir dan saya sudah minta Dinas Pekerjaan Umum segera menurunkan alat berat untuk membuka jalan darurat bagi warga Desa Lamatutu," katanya.

Desa Lamatutu terletak sekitar 90 km arah Timur Kota Larantuka. Desa ini merupakan pemukiman baru yang dibangun pemerintah untuk warga Kabupaten Flores Timur yang terkena bencana gempa pada tahun 1992.

Bupati menambahkan, selain jembatan ambruk, banjir juga merusak tanaman petani dan menghanyutkan puluhan ekor ternak yang berada di sekitar hilir sungai Nusa Nipa.

Dia mengatakan, belum bisa diketahui berapa kerugian akibat bencana alam yang melanda sejumlah wilayah di daerah itu selama satu pekan terakhir ini, tetapi khusus untuk Jembatan Nusa Nipa sendiri kerugian mencapai lebih Rp2 miliar.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Pertambangan Energi Jhon Fernandez yang dikonfirmasi terpisah mengatakan, saat ini alat berat sudah dalam perjalanan menuju lokasi bencana di Desa Nipa.

Peralatan berat itu kemungkinan baru bisa tiba di lokasi pada petang atau malam ini. Petugas akan segera membuat jalan alternatif agar akses menuju Desa Lamatutu dan wilayah tetangga lainnya bisa normal kembali.

"Prinsipnya, yang penting kendaraan bisa lewat. Memang medan sulit tetapi kami akan berupaya maksimal untuk membuka akses," katanya.

Bupati menambahkan, saat ini warga Lamatutu yang hendak ke kota harus berjalan kaki sejauh sekitar 30 km untuk mencapai angkutan kendaraan.

Sementara akses melalui laut tidak memungkinkan karena gelombang laut sangat ganas dan tidak ada perahu motor yang berani berlayar, kata Lagadoni.

"Akses laut tidak bisa karena sangat berbahaya. Itulah saya perintahkan supaya alat berat segera diturunkan untuk buka jalan darurat," kata Lagadoni Herin.