Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar uang spot antarbank Jakarta Senin ditutup melemah setelah sejumlah faktor eksternal membangkitkan sentimen negatif.

Rupiah Senin sore melemah 38 poin mendekati 12.500 dan berada pada 12.497 per dolar AS, sementara akhir pekan lalu ditutup pada 12.459 per dolar AS.

"Faktor eksternal menjadi salah satu pemicu mata uang rupiah melemah terhadap dolar AS pada awal pekan ini," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra.

Ia mengemukakan bahwa hasil pemilu parlemen Yunani yang memenangkan partai oposisi Syriza, telah mendorong penguatan instrumen aset "safe haven", salah satunya mata uang dolar AS.

Menurut dia, kemenangan partai oposisi ini membuka peluang Yunani keluar dari program bailout negara-negara di kawasan Euro. Keluarnya Yunani dari program "bailout" akan mengganggu pembayaran ke kreditur-kreditur Yunani.

"Ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar. Indeks dolar AS terlihat menguat terhadap mayoritas mata uang dunia," katanya.

Namun, lanjut dia, sentimen domestik menjadi "market mover" yang menahan tekanan mata uang rupiah lebih dalam terhadap dolar AS. Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,8 persen pada tahun ini.

Kepala Riset Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa euforia rencana pembelian surat utang atau obligasi oleh bank sentral Eropa (ECB) yang sempat menjadi sentimen positif bagi rupiah tergerus oleh sentimen Yunani.

"Meski demikian, fluktuasi rupiah masih stabil terhadap dolar AS. Rupiah masih ditopang oleh optimisnya pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi domestik," katanya.

Menurut kurs tengah Bank Indonesia hari ini, rupiah berada pada 12.517 per dolar AS, melemah dibanging akhir pekan lalu 12.444 per dolar AS.