Jakarta (ANTARA News) - Keterbatasan sumber daya manusia secara dan profesional menjadi permasalahan jangka pendek yang dihadapi industri perkapalan di Indonesia, kata Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto.

"Kita belum memiliki SDM profesional yang cukup memadai terkait dengan pemahaman tentang teknik perkapalan, pembiayaan perkapalan, dan aspek hukum perkapalan," ujarnya di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan salah satu upaya jangka pendek yang bisa ditempuh untuk menghadapi kelangkaan tenaga ahli itu, adalah dengan memanfaatkan tenaga ahli asing selama beberapa waktu.

"Sedangkan upaya jangka panjangnya adalah dengan mendorong perguruan tinggi yang memiliki jurusan perkapalan untuk mengembangkan dirinya menjadi center of excellence di bidang industri maritim pada umumnya, dan perkapalan pada khususnya," katanya.

Selain SDM, katanya, masalah lain yang tidak kalah penting adalah pembiayaan industri perkapalan yang menjadi salah satu kunci keberhasilan industri itu.

"Pemerintah perlu mendorong kalangan perbankan agar dapat memberikan pembiayaan untuk industri perkapalan, dalam hal ini kalangan perbankan juga dituntut untuk memiliki keahlian di bidang pembiayaan perkapalan," katanya.

Kadin mencatat dalam dua dekade terakhir telah dibangun ratusan hingga ribuan kapal oleh galangan kapal nasional. Kapal-kapal tersebut meliputi kapal niaga, kapal untuk tujuan tertentu, kapal ikan, dan kapal perang.

Dalam konteks pemeliharaan, galangan kapal Indonesia belum mampu melakukan perbaikan kapal dengan ukuran lebih besar dari 20.000 DWT karena ukuran "docking" domestik yang sangat terbatas.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, saat ini ada 250 galangan kapal yang sebagian besar adalah galangan kapal skala kecil dan empat galangan kapal milik pemerintah, yaitu PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari, PT PAL Indonesia, PT Dok dan Perkapalan Surabaya, serta PT Industri Kapal Indonesia.

Galangan kapal itu, tersebar di seluruh Indonesia dengan persentase 37 persen berada di Pulau Jawa, 26 persen di Sumatera, 25 persen di Kalimantan, dan 12 persen di kawasan Indonesia bagian timur.

Rata-rata produksi kapal per tahun sebesar 85.000 GT, sedangkan rata-rata reparasi kapal baru mencapai 65.000 per tahun.

Suryo mengatakan potensi pasar galangan kapal dalam negeri sangat besar, salah satunya dapat dilihat dari tingginya kebutuhan angkutan perdagangan internasional dan antarpulau yang mencapai volume 400 juta ton per tahun.

"Namun dari semua kapal itu hanya 18,08 persen yang berbendera Indonesia," ujarnya.

Hal itu, katanya, terjadi karena ketidakmampuan perusahaan pelayaran nasional untuk membeli armada kapal dari galangan kapal dalam negeri.