Pontianak (ANTARA News) - Puluhan perajin batu cincin di kawasan Pasar Tengah atau pasar tua di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, kebanjiran pesanan pembuatan batu cincin dalam beberapa bulan terakhir.

"Dalam sehari saya bisa menyelesaikan lima sampai 10 batu cincin, untuk diasah dari yang semula batu asli menjadi buah cincin yang menarik seperti berbentuk oval," kata Agus, salah seorang perajin batu cincin di kawasan Pasar Tengah, Pontianak, Kamis.

Ia menjelaskan, upah mengasah batu cincin itu sampai Rp100.000. "Penghasilan bahkan pernah Rp1 juta sehari," ungkap ayah tiga anak tersebut.

Agus menambahkan ada belasan bahkan puluhan orang yang mencari nafkah seperti dia, yang memanfaatkan demam batu cincin yang kini terjadi di Kota Pontianak, bahkan hampir merata di seluruh Indonesia.

"Dulu sebelum masyarakat demam batu cincin, sehari hanya bisa mengasah atau menjual satu saja sudah susah. Belakanga ini, sekarang saya malah tidak sanggup melayani permintaan yang begitu banyak, terutama bagi konsumen yang minta dibuatkan cepat," ujarnya.

Dia berharap fenomena masyarakat gemar mengkoleksi batu bisa bertahan lama, sehingga dia dan teman-temannya bisa dapat penghasilan yang lumayan dari mengambil upah membentuk batu sehingga menjadi menarik untuk disandingkan dengan cincin.

"Sekarang yang gila batu tidak hanya orang tua, tetapi sudah merambah pada kalangan menengah dan anak muda," kata dia.


"Untuk anak muda mereka cenderung memilih warna batu yang cerah atau warna yang tidak mencolok, seperti putih bening, sementara yang kalangan tua umumnya gemar warna hitam dan sebagainya," kata Agus.