Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa pagi bergerak melemah sebesar 44 poin menjadi Rp12.634 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.590 per dolar AS.

"Belum adanya sentimen positif yang signifikan masih membuat laju mata uang rupiah bergerak bervariasi dengan kecenderungan melemah," kata Kepala Riset Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Selasa.

Namun, lanjut dia, sentimen dari penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dinilai masih cukup mampu menahan pelemahan rupiah lebih dalam terhadap dolar AS.

"Potensi pembalikan arah ke area positif masih dimungkinkan, namun tetap perlu mewaspadai koreksi lanjutan akibat sentimen eksternal yang lebih mendukung penguatan dolar AS," katanya.

Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir menambahkan bahwa keputusan pemerintah Indonesia yang kembali menurunkan harga BBM bersubsidi serta menurunkan harga elpiji 12 kg dan semen dapat meredakan kecemasan atas ancaman perlambatan ekonomi Indonesia.

Pemerintah telah mengumumkan penurunan harga BBM premium Rp1.000 dari sebelumnya Rp7.600 menjadi Rp6.600 per liter. Sementara untuk BBM jenis solar turun Rp850 dari sebelumnya Rp7.200 per liter menjadi Rp6.400 per liter. Penurunan harga tersebut mulai diberlakukan Senin (19/1).

Dari eksternal, lanjut dia, penurunan tahunan harga rumah baru di Tiongkok yang mencapai 4,3 persen di Desember 2014 menegaskan ancaman perlambatan ekonominya. Melambatnya ekonomi Tiongkok membuat investor khawatir terhadap outlook ekspor Indonesia ke Negeri Tirai Bambu itu.

"Situasi itu yang cukup membebani kinerja rupiah," katanya.