Belasan SPBU di Jatim kehabisan stok BBM-BBK
19 Januari 2015 19:57 WIB
Petugas SPBU membersihkah area stasiun pengisian bahan bakar umum saat sepi dari pembeli BBM lantaran stok bahan bakar minyak habis di Ngampin, Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah, Senin (19/1). Sejumlah tempat SPBU di wilayah Ambarawa kehabisan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium dan Solar sejak hari Sabtu (18/1), hal ini dikarena pengelola SPBU sengaja mengulur pemesanan BBM ke Pertamina dengan alasan untuk menghabiskan stok BBM lama dan menunggu penyesuaian harga per hari ini. (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)
Surabaya (ANTARA News) - Belasan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Jawa Timur mengalami kehabisan stok bahan bakar minyak (BBM) seperti premium dan solar maupun bahan bakar khusus (BBK) pascapenurunan harga BBM.
"Kondisi itu kami jumpai ketika melakukan perjalanan dari Kediri menuju Surabaya dan umumnya memasang tulisan premium habis atau solar dan pertamax habis. Untung saja sebelum berangkat, motor ini sudah diisi bensin walaupun harus beli eceran sebanyak dua botol," kata salah seorang pengendara sepeda motor jalur Kediri-Surabaya, Febry Tri, di Surabaya, Senin.
Selama mengendarai kendaraannya, ungkap dia, dari puluhan SPBU yang menyebar di rute perjalanan tersebut maka hanya bisa dihitung dengan jari yang menyediakan BBM dan BBK. Namun, ketika mendatangi salah satu SPBU yang tersedia premium dan pertamax maka pihaknya harus mengantre kurang lebih setengah jam.
"Bahkan, panjang antrean kendaraan bermotor hampir berada di luar SPBU tersebut," ujarnya.
Ia menjelaskan, daripada mengantre karena bisa menghabiskan waktu lama pihaknya lebih memilih menjalankan kendaraan secara pelan dan berkecepatan kurang lebih 40 kilometer per jam. Kemudian, baru bisa menemukan ada SPBU yang stoknya aman di perbatasan Mojokerto-Surabaya.
"Selama membeli di SPBU tersebut, kami sama sekali melihat tidak ada antrean. Meskipun saat mau membeli pertamax, toh habis juga dan kami terpaksa membeli premium," katanya.
Di sisi lain, General Manager PT Pertamina (Persero) MOR V, Giri Santoso, mengemukakan, penurunan harga BBM khususnya pertamax meningkatkan konsumsi masyarakat di Jatim terhadap komoditas tersebut. Sejak harga pertamax diturunkan mulai 2 Januari 2015 hingga 13 Januari 2015 tercatat kenaikan konsumsi sebesar 325 persen di Jatim.
"Di wilayah Region V yakni Jatim, Bali, dan Nusa Tenggara kenaikan konsumsi pertamax hingga 320 persen dibandingkan kondisi normal," katanya.
Kondisi itu, tambah dia, terjadi karena adanya selisih harga dengan premium yang tidak besar sehingga masyarakat ada kecenderungan untuk membeli pertamax. Oleh sebab itu, Pertamina menyediakan tambahan mobil tangki untuk pertamax sebanyak enam unit dengan kapasitas total 168 kilo liter (KL) yakni dari depo di Tanjung Perak ke enam depo lain.
"Misalnya, di Surabaya, Malang, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Camplong (Madura)," katanya.
Sementara itu, secara umum pihaknya membenarkan bahwa sejak adanya wacana penurunan harga BBM per tanggal 19 Januari 2015 ada beberapa SPBU menutup lokasi penjualan BBM maupun BBK-nya. Akibatnya, banyak masyarakat yang merasa kecewa ketika ingin membeli komoditas tersebut.
"Kami mengira alasan mereka menutup SPBU-nya dan menuliskan premium atau pertamax habis karena sengaja menahan stok. Bisa saja itu karena bentuk kekesalan mereka agar tidak menebus BBM atau BBK dengan harga baru," katanya.
Akan tetapi, lanjut dia, idealnya masing-masing SPBU harus menebus atau menyediakan stok BBM kepada masyarakat meskipun ada perubahan harga baik penurunan maupun penaikan. Sampai sekarang, Pertamina juga menjamin ketersediaan BBM dan BBK di seluruh SPBU berlaku antara delapan hingga 10 hari.
"Rata-rata konsumsi premium di wilayah region V mencapai 15.514 KL perhari sedangkan di wilayah Jatim menyumbang 11.396 KL perhari," katanya.
"Kondisi itu kami jumpai ketika melakukan perjalanan dari Kediri menuju Surabaya dan umumnya memasang tulisan premium habis atau solar dan pertamax habis. Untung saja sebelum berangkat, motor ini sudah diisi bensin walaupun harus beli eceran sebanyak dua botol," kata salah seorang pengendara sepeda motor jalur Kediri-Surabaya, Febry Tri, di Surabaya, Senin.
Selama mengendarai kendaraannya, ungkap dia, dari puluhan SPBU yang menyebar di rute perjalanan tersebut maka hanya bisa dihitung dengan jari yang menyediakan BBM dan BBK. Namun, ketika mendatangi salah satu SPBU yang tersedia premium dan pertamax maka pihaknya harus mengantre kurang lebih setengah jam.
"Bahkan, panjang antrean kendaraan bermotor hampir berada di luar SPBU tersebut," ujarnya.
Ia menjelaskan, daripada mengantre karena bisa menghabiskan waktu lama pihaknya lebih memilih menjalankan kendaraan secara pelan dan berkecepatan kurang lebih 40 kilometer per jam. Kemudian, baru bisa menemukan ada SPBU yang stoknya aman di perbatasan Mojokerto-Surabaya.
"Selama membeli di SPBU tersebut, kami sama sekali melihat tidak ada antrean. Meskipun saat mau membeli pertamax, toh habis juga dan kami terpaksa membeli premium," katanya.
Di sisi lain, General Manager PT Pertamina (Persero) MOR V, Giri Santoso, mengemukakan, penurunan harga BBM khususnya pertamax meningkatkan konsumsi masyarakat di Jatim terhadap komoditas tersebut. Sejak harga pertamax diturunkan mulai 2 Januari 2015 hingga 13 Januari 2015 tercatat kenaikan konsumsi sebesar 325 persen di Jatim.
"Di wilayah Region V yakni Jatim, Bali, dan Nusa Tenggara kenaikan konsumsi pertamax hingga 320 persen dibandingkan kondisi normal," katanya.
Kondisi itu, tambah dia, terjadi karena adanya selisih harga dengan premium yang tidak besar sehingga masyarakat ada kecenderungan untuk membeli pertamax. Oleh sebab itu, Pertamina menyediakan tambahan mobil tangki untuk pertamax sebanyak enam unit dengan kapasitas total 168 kilo liter (KL) yakni dari depo di Tanjung Perak ke enam depo lain.
"Misalnya, di Surabaya, Malang, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Camplong (Madura)," katanya.
Sementara itu, secara umum pihaknya membenarkan bahwa sejak adanya wacana penurunan harga BBM per tanggal 19 Januari 2015 ada beberapa SPBU menutup lokasi penjualan BBM maupun BBK-nya. Akibatnya, banyak masyarakat yang merasa kecewa ketika ingin membeli komoditas tersebut.
"Kami mengira alasan mereka menutup SPBU-nya dan menuliskan premium atau pertamax habis karena sengaja menahan stok. Bisa saja itu karena bentuk kekesalan mereka agar tidak menebus BBM atau BBK dengan harga baru," katanya.
Akan tetapi, lanjut dia, idealnya masing-masing SPBU harus menebus atau menyediakan stok BBM kepada masyarakat meskipun ada perubahan harga baik penurunan maupun penaikan. Sampai sekarang, Pertamina juga menjamin ketersediaan BBM dan BBK di seluruh SPBU berlaku antara delapan hingga 10 hari.
"Rata-rata konsumsi premium di wilayah region V mencapai 15.514 KL perhari sedangkan di wilayah Jatim menyumbang 11.396 KL perhari," katanya.
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015
Tags: