Kemenhub paparkan kronologi penemuan kotak hitam AirAsia
16 Januari 2015 23:43 WIB
Penemuan CVR Petugas menunjukkan Cockpit Voice Recorder (CVR) pesawat AirAsia QZ8501 untuk dibawa ke Jakarta di Lanud TNI AU Iskandar, Pangkalan Bun, Kalteng, Selasa (13/1). Tim SAR gabungan berhasil mengangkat CVR dan selanjutkan tim KNKT akan melakukan investigasi untuk mengetahui penyebab jatuhnya pesawat. (ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo) ()
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perhubungan memaparkan kronologi penemuan kotak hitam pesawat AirAsia QZ8501 dengan menggunakan Kapal Negara (KN) Jadayat.
Direktur Kenavigasian Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub, Tonny Budiono di, Jakarta, Jumat, mengatakan pada Minggu 28 Desember 2014, enam armada langsung menuju lokasi kejadian, ke enam armada tersebut di antaranya, KN Andromeda, KN Alnilam, KN Mitra Utama, KN Alugara, KN Sarotama dan KN Trisula.
Sedangkan, lanjut dia, lima armada lainnya, yakni KN Jadayat, KN Chundamani, KN Bima Sakti Utama, KN Arcturus dan KN Mithuna, berangkat pada 29 Desember 2014.
"Pada hari ke-10 (6/1), pencarian KN Jadayat mulai ditugaskan secara khusus untuk melakukan pencarian black box pesawat AirAsia QZ8501," katanya.
Tonny mengatakan KN Jadayat bergerak menuju koordinat yang ditentukan diiringi oleh KN Andromeda dan KN Alugara serta dibantu oleh tim KNKT Singapura, tim ahli Marine and Port Authority (MPA) Singapura.
KN Jadayat juga dilengkapi dengan alat pendeteksi kotak hitam, yakni "pinger locator" dan "robotic operated vehicle" untuk mengambil bisual gambar di dasar laut.
"Pada 7 Januari 2015 pukul 08.30 alat pinger locator menangkap sinyal suara ping sebanyak dua ketukan yang menandakan kotak hitam berada di lokasi tersebut," katanya.
Kemudian, lanjut Tonny, Tim MPA Singapura melakukan survei dengan "side scan sonar" untuk mendapatkan bentuk objek di bawah laut dan menindaklanjuti hasil survei dengan menggunakan "pinger locator".
"Keesokan harinya, 8 Januari, sayangnya laut Selat Karimata tidak bersahabat untuk menurunkan tim penyelam, gelombang mencapai tiga hingga empat meter," katanya.
Tonny mengatakan meskipun demikian, pencarian tetap dilakukan hingga pada 11 Januari 2015, sinyal ping yang diterima oleh ping locater menunjukkan sinyal "beacon black box" terkuat pada titik yang dimaksud.
"Benda yang diduga kotak hitam itu terhalang seprihan pesawat, sehingga untuk memastikan kebenarannya tim akan melakukan penggeseran serpihan pesawat menggunakan balon," katanya.
Pada Senin, 12 Januari 2015 pukul 05.00 KN Jadayat kembali bergerak ke lokasi, penyelaman pertama mengarah ke bagian ekor C.77, pada 07.15 tim penyelam kedua, yakni Serda Rajab Suwarno dari Dinas Selam Bawah Air Armada Timur (Armatim) berhasil mengangka salah satu bagian kotak hitam, yakni flight data recorder (FDR).
Pada pukul 09.10, kotak hitam dibawa ke KRI Banda Aceh oleh KNKT dan pada 13 Januari, tim kembali menemukan "cockpit video recorder" ditemukan di sekitar 15-20 ke arah barat daya ditemukannya FDR.
"KN Jadayat juga memasang special mark yellow light buoy di dekat lokasi ditemukannya serpihan badan, sebagai penanda bagi keluarga korban yang mungkin akan melakukan tabur bunga," katanya.
Direktur Kenavigasian Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub, Tonny Budiono di, Jakarta, Jumat, mengatakan pada Minggu 28 Desember 2014, enam armada langsung menuju lokasi kejadian, ke enam armada tersebut di antaranya, KN Andromeda, KN Alnilam, KN Mitra Utama, KN Alugara, KN Sarotama dan KN Trisula.
Sedangkan, lanjut dia, lima armada lainnya, yakni KN Jadayat, KN Chundamani, KN Bima Sakti Utama, KN Arcturus dan KN Mithuna, berangkat pada 29 Desember 2014.
"Pada hari ke-10 (6/1), pencarian KN Jadayat mulai ditugaskan secara khusus untuk melakukan pencarian black box pesawat AirAsia QZ8501," katanya.
Tonny mengatakan KN Jadayat bergerak menuju koordinat yang ditentukan diiringi oleh KN Andromeda dan KN Alugara serta dibantu oleh tim KNKT Singapura, tim ahli Marine and Port Authority (MPA) Singapura.
KN Jadayat juga dilengkapi dengan alat pendeteksi kotak hitam, yakni "pinger locator" dan "robotic operated vehicle" untuk mengambil bisual gambar di dasar laut.
"Pada 7 Januari 2015 pukul 08.30 alat pinger locator menangkap sinyal suara ping sebanyak dua ketukan yang menandakan kotak hitam berada di lokasi tersebut," katanya.
Kemudian, lanjut Tonny, Tim MPA Singapura melakukan survei dengan "side scan sonar" untuk mendapatkan bentuk objek di bawah laut dan menindaklanjuti hasil survei dengan menggunakan "pinger locator".
"Keesokan harinya, 8 Januari, sayangnya laut Selat Karimata tidak bersahabat untuk menurunkan tim penyelam, gelombang mencapai tiga hingga empat meter," katanya.
Tonny mengatakan meskipun demikian, pencarian tetap dilakukan hingga pada 11 Januari 2015, sinyal ping yang diterima oleh ping locater menunjukkan sinyal "beacon black box" terkuat pada titik yang dimaksud.
"Benda yang diduga kotak hitam itu terhalang seprihan pesawat, sehingga untuk memastikan kebenarannya tim akan melakukan penggeseran serpihan pesawat menggunakan balon," katanya.
Pada Senin, 12 Januari 2015 pukul 05.00 KN Jadayat kembali bergerak ke lokasi, penyelaman pertama mengarah ke bagian ekor C.77, pada 07.15 tim penyelam kedua, yakni Serda Rajab Suwarno dari Dinas Selam Bawah Air Armada Timur (Armatim) berhasil mengangka salah satu bagian kotak hitam, yakni flight data recorder (FDR).
Pada pukul 09.10, kotak hitam dibawa ke KRI Banda Aceh oleh KNKT dan pada 13 Januari, tim kembali menemukan "cockpit video recorder" ditemukan di sekitar 15-20 ke arah barat daya ditemukannya FDR.
"KN Jadayat juga memasang special mark yellow light buoy di dekat lokasi ditemukannya serpihan badan, sebagai penanda bagi keluarga korban yang mungkin akan melakukan tabur bunga," katanya.
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: