Jakarta (ANTARA News) - Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan transaksi narkoba yang ada di Indonesia menduduki peringkat tertinggi dibandingkan dengan negara-negara yang tergabung dalam organisasi ASEAN lainnya.

"Berdasarkan pertemuan BNN dengan badan atau menteri yang mengurusi narkotika se Asia Tenggara ternyata dari 100 persen transaksi narkotika di wilayah ASEAN, 40 persennya berada di Indonesia," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat BNN Kombes Pol Sumirat Dwiyanto yang ditemui di Jakarta, Jumat.

Dia mengatakan dari pertemuan itu diketahui transaksi narkotika wilayah ASEAN per-tahun mencapai sekitar Rp110 triliun dan di Indonesia sendiri berkisar Rp48 triliun.

"Hal tersebut memposisikan Indonesia sebagai negara teratas dalam urusan transaksi narkotika," kata Sumirat.

Posisi Indonesia yang menduduki peringkat teratas dalam peredaran narkotika juga tidak lepas dari jumlah pecandu yang mencapai empat juta jiwa.

"Atas kenyataan tersebut akhirnya Presiden Joko Widodo memberlakukan situasi darurat narkoba beberapa waktu yang lalu," ujar Sumirat.

Sumirat juga menambahkan per-tahun jumlah pecandu yang meninggal dunia ada sekitar 15 ribu orang pertahun atau berkisar antara 40 hingga 50 jiwa per hari.

Berdasarkan penelitian BNN dengan Universitas Indonesia tahun 2012 lalu, jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu tertentu di satu wilayah (pravelensi) pengguna narkoba berusia 10 sampai 59 tahun sekitar 3,2 persen atau sekitar 4,5 sampai 5 juta penduduk Indonesia.

Angka tersebut diupayakan untuk diturunkan menjadi 2,8 persen pada tahun 2015 ini.

"Kami usahakan sekuat tenaga angka prevalensi tersebut di tahun 2015 menjadi 2,8 persen," ujarnya.