Basarnas estimasi berat badan pesawat untuk pengangkatan
15 Januari 2015 08:21 WIB
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsdya TNI FHB Soelistyo menjelaskan badan utama pesawat Air Asia QZ8501 yang berhasil ditemukan oleh tim SAR Gabungan dalam jumpa pers di kantor Basarnas, Jakarta, Rabu (14/1). Badan pesawat tersebut ditemukan oleh Angkatan Laut Singapura dengan lokasi berjarak 3000 meter dari penemuan ekor pesawat serta 800 meter dari ditemukannya Flight Data Recorder (FDR). (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Pangkalan Bun, Kalteng (ANTARA News) - Direktur Operasional Badan SAR Nasional (Basarnas) S.B. Supriyadi mengatakan sejumlah tim penyelam gabungan mencoba mengestimasi berat badan pesawat untuk proses pengangkatan dengan balon pengapung.
"Kalau harus diangkat mesin (pesawat) sudah tahu posisinya. Barangnya harus diestimasi beratnya, karena mungkin masih menempel di sayap, jadi beratnya harus diketahui supaya tahu alat apa yang dibutuhkan," katanya di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah (Kalteng), Rabu.
Ia menyebut penyelam gabungan dari TNI AL, Mahakarya Geo Survey, Basarnas ikut melakukan estimasi berat badan pesawat.
Sejauh ini, arus laut yang mencapai lima knots membuat pencarian berjalan lambat. Penyelam dan alat remotely operated vehicle (ROV) kesulitan untuk melakukan identifikasi karena visibility yang buruk.
"Kita banyak hadapi kesulitan di lapangan untuk ROV dan penyelam. Mereka, termasuk Geo Survey, temukan objek dengan sonar, tapi untuk melihatnya (visualnya) susah, jadi harus sabar menunggu," ujar dia.
Kalkukasi berapa banyak balon pengapung yang harus disiapkan diperhitungan tim SAR, termasuk cara atau teknik khusus agar semua terangkat dengan baik, kata Supriyadi.
"Karena ekor pesawat yang sebelumnya diangkat ada bagian yang tidak terangkat karena berat engine tidak diperhitungkan akhirnya turun dan membuat bagian depan ekor patah," ujar dia.
Tim SAR akan memastikan keberadaan korban dalam badan pesawat tersebut.
"Jika terlihat ada korban akan dievakuasi, jika tidak ada, Basarnas mungkin saja akan rekomendasikan operasi harian dihentikan," katanya.
"Kalau harus diangkat mesin (pesawat) sudah tahu posisinya. Barangnya harus diestimasi beratnya, karena mungkin masih menempel di sayap, jadi beratnya harus diketahui supaya tahu alat apa yang dibutuhkan," katanya di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah (Kalteng), Rabu.
Ia menyebut penyelam gabungan dari TNI AL, Mahakarya Geo Survey, Basarnas ikut melakukan estimasi berat badan pesawat.
Sejauh ini, arus laut yang mencapai lima knots membuat pencarian berjalan lambat. Penyelam dan alat remotely operated vehicle (ROV) kesulitan untuk melakukan identifikasi karena visibility yang buruk.
"Kita banyak hadapi kesulitan di lapangan untuk ROV dan penyelam. Mereka, termasuk Geo Survey, temukan objek dengan sonar, tapi untuk melihatnya (visualnya) susah, jadi harus sabar menunggu," ujar dia.
Kalkukasi berapa banyak balon pengapung yang harus disiapkan diperhitungan tim SAR, termasuk cara atau teknik khusus agar semua terangkat dengan baik, kata Supriyadi.
"Karena ekor pesawat yang sebelumnya diangkat ada bagian yang tidak terangkat karena berat engine tidak diperhitungkan akhirnya turun dan membuat bagian depan ekor patah," ujar dia.
Tim SAR akan memastikan keberadaan korban dalam badan pesawat tersebut.
"Jika terlihat ada korban akan dievakuasi, jika tidak ada, Basarnas mungkin saja akan rekomendasikan operasi harian dihentikan," katanya.
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015
Tags: