Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak menguat sebesar 56 poin menjadi Rp12.574 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.630 per dolar AS.

Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Senin mengatakan bahwa faktor internal menjadi penopang mata uang rupiah mengalami penguatan terhadap dolar AS.

"Pasar mengekspektasikan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) yang sedianya akan dirilis pada pekan ini akan dipertahankan. Level BI rate di 7,75 persen dinilai masih cukup positif dalam menjaga perekonomian domestik di tengah perlambatan global," ujar dia.

Ia menambahkan bahwa penguatan rupiah juga terbantu oleh kebijakan pemerintah yang akan melakukan harmonisasi terhadap harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi dan ditundanya kenaikan tarif listrik menyusul tren pemurunan harga minyak dunia akan menahan laju inflasi domestik.

"Ekspektasi inflasi masih cukup tinggi di kisaran 8-9 persen pada tahun ini, diharapkan dengan adanya kebijakan pemerintah itu dapat menahan laju inflasi lebih tinggi," katanya.

Kendati demikian, menurut dia, sentimen global masih akan membayangi laju mata uang rupiah terhadap dolar AS menyusul masih adanya ekspektasi kenaikan suku bunga AS (Fed rate) pada tahun ini.

"Isu kenaikan suku bunga AS masih membayangi laju mata uang rupiah," katanya.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa nilai tukar rupiah menguat bersama mata uang Asia lainnya terhadap dolar AS di pasar global menyusul penurunan tingkat partisipasi tenaga kerja AS.

"Walaupun tingkat pengangguran AS turun, namun dolar AS cenderung kehilangan momentum penguatannya, salah satunya disebabkan data tingkat partisipasi tenaga kerja AS yang menurun," katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin (12/1) ini tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp12.568 dibandingkan hari sebelumnya, Jumat (9/1) di posisi Rp12.640 per dolar AS.