Paris, 12/1 (ANTARA News) - Prancis akan menempatkan sekitar 5.000 personil gabungan kepolisian dan tentara untuk melindungi 700 sekolah Yahudi yang tersebar di negara tersebut.
Kebijakan tersebut muncul setelah Perdana Menteri Prancis, Manuel Valls, Senin, mengatakan, pria bersenjata yang menyerang pusat perbelanjaan kosher --atau halal dalam pengertian Yahudi-- dicurigai memperoleh bantuan dari seorang tak dikenal.
Amedy Coulibaly, pria bersenjata yang menewaskan seorang polisi wanita dan empat pengunjung supermarket kosher; diduga melancarkan aksinya dengan bantuan dari seseorang. Valls berjanji akan terus memburu orang tersebut.
Sementara itu Menteri Dalam Negeri Prancis, Bernard Cazeneuve, juga menjanjikan perlindungan ekstra bagi institusi-institusi Yahudi di Prancis. Kepada para orangtua yang anaknya bersekolah di lembaga Yahudi, dia mengatakan, tentara akan ditempatkan untuk berjaga-jaga.
Komunitas Yahudi saat ini tengah tergoncang akibat serangan pada Jumat di pusat perbelanjaan kosher di bagian selatan Prancis. Insiden itu muncul hanya dua hari setelah dua orang bersenjata --Said Kouachi dan saudaranya Cherif Kouach-- menembaki kantor majalah Charlie Hebdo dan menewaskan 12 orang.
Diketahui kemudian Cherif Kouachi bertemu dengan Coulibaly di penjara. Sebagai respon, Valls mengatakan akan memisahkan tahanan tindak terorisme dengan penjara biasa untuk mencegah penyebaran paham garis keras.
Menurut Valls, itu harus diterapkan di seluruh penjara Prancis namun mempertimbangkan kenyataan yang ada.
Prancis tempatkan 5.000 polisi untuk jaga sekolah Yahudi
12 Januari 2015 16:43 WIB
Tentara Perancis berpatroli di dekat Menara Eiffel sebagai bagian dari rencana keamanan "Vigiprate" level tertinggi setelah tragedi penembakan kantor Charlie Hebdo di Paris, Senin (12/1). (REUTERS/Gonzalo Fuentes)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015
Tags: