Jakarta (ANTARA News) - Ada empat alasan mengapa empat miliar orang ternyata belum tersentuh internet.

Hasil survei perusahaan konsultan asal Inggris, McKinsey & Company, menggunakan data Bank Dunia menunjukkan, belum terlihatnya manfaat internet untuk pengguna "offline" itu menjadi alasan pertama.

Menurut survei, alasan ini didukung kurangnya konten-konten dan layanan lokal serta penerimaan sosial dari orang-orang itu.

Masalah dasar ini termasuk biaya pembuatan dan pengembangan konten serta layanan lokal yang tinggi, kendala model bisnis yang dipakai, kurangnya kesadaran merek dan pengiklan setempat dalam menjangkau konsumen.

Kemudian, kurang terpercayanya sistem logistik dan pembayaran (khusus e-commerce dan layanan online perbankan), keterbatasan kebebasan menggunakan internet, dan keamanan informasi.

Alasan lain adalah rendahnya pendapatan dan keterjangkauan orang. Kendala ini diperburuk oleh tingginya biaya perusahaan dalam menyediakan akses internet di antaranya karena berada di pedesaan.

Rendahnya pendapatan rendah mencerminkan kondisi ekonomi lemah pada sebagian besar segmen orang, termasuk mereka yang menganggur dan memerlukan pekerjaan serta kesempatan meningkatkan pendapatan di wilayahnya.

Di saat yang sama, kondisi infrastrukur seperti jalan dan listrik menjadi hambatan tersendiri yang meningkatkan biaya pemasangan internet. Faktor lainnya adalah tingginya biaya pemeliharaan alat dan jaringan.

Infrastuktur juga menyangkut masalah keterjangkauan akses internet mobile, bandwidth, dan jaringan utama di negara bersangkutan yang belum maju.

Kemudian, kurangnya kemampuan orang dalam memanfaatkan teknologi digital menjadi alasan berikutnya. Aspek ini meliputi kurangnya literatur teknologi digital atau belum nyamannya orang mengakses dan menggunakan teknologi digital.

Di samping itu, bahasa menjadi masalah yang juga membuat orang-orang tak bisa tersentuh internet. Akar masalah ini tak lain terletak pada sistem pendidikan, demikian laman publik Mckinsey & Company.