Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang akrab disapa Ahok mengatakan PT Jakarta Monorail (JM) harus mencari lokasi pembangunan depo baru selain dua lokasi yang mereka ajukan karena daerah yang dipilih sangat beresiko.
"Saya sudah lapor Presiden tadi. Presiden juga mengatakan jika nasihat dari Kementerian Pekerjaan Umum, tidak mungkin PT JM membangun depo monorail di atas Waduk Setiabudi atau Banjir Kanal Barat," kata Basuki di Jakarta, Jumat.
Ahok mengatakan pembangunan depo di lokasi tersebut tidak memungkinkan karena rawan dan sangat berbahaya serta ada peraturan undang-undang yang mengaturnya.
"Berarti usulan JM membangun di situ harus kami tolak jika mereka bersikeras membangun depo Monorail di sana," katanya.
Selain itu, lanjutnya, JM juga mengusulkan untuk membangun di daerah Tanah Abang namun harus memakai pondasi seluas satu ruas jalan namun Presiden juga tidak menyetujui rencana tersebut.
"Presiden juga sepaham dengan kami untuk tidak setuju jika seperti itu, jadi otomatis kami tolak usulan mereka dan diharuskan mencari lokasi baru untuk depo Monorail," ujarnya.
Namun jika akan membangun di lokasi baru di luar jalur yang telah disepakati maka JM harus ikut lelang tender bersama perusahaan lainnya yang ingin membangun monorail.
"Jika di luar jalur JM harus ikut tender ulang karena anda (JM) sudah tidak punya hak lagi. Itu saja yang akan kita jawab," ujar Ahok.
Menurut Ahok, pembangunan depo di atas sarana penampungan air seperti Waduk Setiabudi dan Banjir Kanal Barat akan sangat berbahaya yang bisa menyebabkan jebolnya tanggul Latuharhari dan mengakibatkan banjir di Jalan MH Thamrin-Jenderal Sudirman bisa terulang kembali.
Sedangkan jika depo tersebut dibangun di daerah Tanah Abang akan mengakibatkan akses jalannya terputus sehingga menyebabkan kemacetan parah di wilayah tersebut.
PT JM harus cari lokasi depo baru monorail Jakarta
9 Januari 2015 20:41 WIB
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (ANTARA FOTO/Saptono)
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: