Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengatakan penurunan nilai ekspor crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah, khususnya periode November 2014, disebabkan turunnya volume ekspor juga harga.

"Penurunan nilai ekspor CPO disebabkan oleh penurunan volume ekspor dari beberapa negara tujuan serta melemahnya harga CPO di pasar internasional," katanya dalam siaran pers yang diterima, Rabu.

Rachmat mengatakan beberapa negara tujuan ekspor tersebut antara lain adalah India, Pakistan, Mesir, dan Bangladesh dimana negara-negara tersebut mulai mengurangi volume importasi CPO dari Indonesia.

"Penurunan harga minyak nabati selain CPO dikarenakan suplai yang melimpah, serta kekhawatiran investor terhadap menguatnya tekanan harga minyak mentah dunia yang terus menurun juga berkontribusi terhadap penurunan ekspor CPO," ujar Rachmat.

Rachmat mengatakan, untuk CPO diharapkan rencana pemerintah untuk menerapkan program mandatori atau pencampuran biodiesel ke dalam minyak solar kurang lebih sebanyak 10-20 persen tersebut bisa ditingkatkan.

Hal tersebut perlu dilakukan mengingat harga minyak sawit terus mengalami penurunan dimana awal tahun 2014 tercatat kurang lebih sebesar 900 dolar AS per metrik ton, kini hanya sebesar 625-655 dolar AS per mentrik ton.

Nilai ekspor nonmigas November mencapai 11,5 miliar dolar AS, sementara ekspor migas mencapai 2,1 miliar dolar AS, dimana lemak dan minyak hewan/nabati (CPO) merupakan salah satu komoditas yang mengalami penurunan tertinggi sebesar masing-masing 18,7 persen dan 21,2 persen.

Komoditas lain yang turun signifikan antara lain karet dan barang dari karet sebesar 15,4 persen jika dibandingkan bulan lalu (MoM), atau 37,7 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (YoY).

Penurunan ekspor karet dan barang dari karet dipicu oleh penurunan harga karet di pasar internasional dan penurunan permintaan dari beberapa negara tujuan utama ekspor seperti Jepang, Tiongkok, India, dan Jerman yang perekonomiannya belum pulih.

Sementara itu, ekspor elektronik (mesin/peralatan mesin) juga mengalami penurunan sebesar 13,6 persen (MoM) atau 5,7 persen (YoY), yang dipicu oleh turunnya permintaan dari Tiongkok, Jepang, Brasil, Hong Kong, dan Thailand.