Surabaya (ANTARA News) - Surabaya siap menjadi pusat industri kreatif nasional karena memiliki potensi besar yang didukung kualitas sumber daya manusia (SDM) dan mampu memunculkan berbagai ide kreatif bernilai ekonomis.

"Mimpi saya Surabaya pada waktu dekat bisa menjadi pusat industri kreatif di Indonesia. Lalu perlahan-lahan dapat mendunia," kata Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, ditemui di Forward Factory di Gedung Spazio, Surabaya, Rabu.

Ia menyatakan, potensi industri kreatif yang sangat besar di Kota Pahlawan didukung oleh banyaknya perguruan tinggi berkualitas di sektor tersebut. Selain itu, juga dipicu perkembangan sekolah menengah kejuruan (SMK) yang semakin baik khususnya yang bergerak di industri kreatif.

"Dukungan itu sudah ada, tinggal mereka cari wadah untuk mengembangkannya. Sekarang yang mau menangani hal tersebut baru saya temukan di Start Surabaya dan ini bisa jadi home base sekaligus magnet anak muda agar mereka dapat belajar," ujarnya.

Ia optimistis, upaya tersebut bisa meningkatkan kontribusi sektor industri kreatif di Surabaya menjadi 100 persen dari total perkembangan industri dibandingkan kondisi saat ini yang menyumbang 80 persen. Apalagi, kini Surabaya memiliki kekuatan di bidang teknologi informasi.

"Kami harap, perkembangan industri kreatif ini tidak hanya perfilman tapi lebih kepada teknologinya. Bukan sekadar animasi seperti memunculkan Batman atau Superman ke publik melainkan menemukan teknologi bagaimana misalnya Superman bisa terbang," katanya.

Dari sisi pemerintah, tambah dia, sampai sekarang dukungan kepada pelaku industri kreatif sangat beragam. Akan tetapi hal tersebut tidak selalu diwujudkan dengan menyalurkan dana khusus dari sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

"Dukungan pemerintah tidak harus dengan mengucurkan dana dari APBD. Namun, kebersamaan antara pelaku industri dan pemerintah serta kekompakan dengan masyarakat adalah kunci kesuksesan dari pengembangan industri ini," katanya.

Ia mencontohkan, pada program Pahlawan Ekonomi Pemerintah Kota Surabaya juga tidak menyalurkan dana. Akan tetapi, sekarang program tersebut mampu menuai keberhasilan tersendiri.

"Bahkan satu rupiahpun saya tidak mengucurkan dana di Program Pahlawan Ekonomi. Tolong jangan menilai dukungan pemerintah dari berapa besar dana yang diberikan, kalau mau mengandalkan uang pemerintah ya jadi PNS saja," katanya.

Sementara itu, Chief Executive Kibar, Yansen Kamto, mengemukakan, untuk mendukung pengembangan industri kreatif di Surabaya pihaknya telah melaksanakan program Start Surabaya di Forward Factory, Gedung Spazio Surabaya. Melalui program itu, sebanyak 45 anak muda menjalani masa inkubasi dan akselerasi perusahaan rintisan (startup) kreatif berbasis teknologi.

"Tujuan program ini untuk mendorong anak muda agar peduli dengan masalah dan mereka bisa ikut memberikan kontribusi serta solusi dari permasalahan itu," katanya.

Ia melanjutkan, puluhan anak dari berbagai universitas ternama di Surabaya itu selama tiga bulan berada di sebuah ruang kerja bersama untuk berbagi ruang dan bersinergi. Mereka berasal dari berbagai latar belakang keilmuan dan minat seperti desain, teknologi informasi, multimedia, budaya, bahasa, dan psikologi.

"Kemudian mereka akan berkolaborasi dengan berbagai komunitas dan pebisnis kreatif serta teknologi untuk mengembangkan ide. Misalnya dengan Beon, Soledad & the Sister Co., Ayorek!, Waft Lab, Layaria, Kreavi, dan Fotografer.net," katanya.