Jakarta (ANTARA News) - Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Susi Pudjiastuti menargetkan Indonesia harus mampu mencapai swasembada garam pada akhir 2015.

Ketika menyampaikan Refleksi Pembangunan Kelautan dan Perikanan 2014 dan Outlook 2015 di Jakarta, Senin, menteri menyatakan, beberapa waktu lalu pihaknya melakukan pertemuan dengan sejumlah kementerian untuk membahas swasembada garam.

"Mereka menetapkan target swasembada garam tahun 2017. Saya pikir itu terlalu lama, saya minta 2015," katanya.

Susi menyatakan, Indonesia harus mencapai swasembada garam pada akhir 2015 dan untuk itu pemerintah akan menyiapkan teknologi pembuatan garam meskipun harus membelinya dari luar.

"Kita memiliki anggaran untuk itu. Pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM) dapat dialihkan untuk pembelian teknologi pembuatan garam tersebut," katanya.

Dengan swasembada garam tersebut, menurut dia, maka diharapkan semua impor komoditas itu akan terhenti.

Sementara itu Dirjen Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) Sudirman Saad menyatakan, kebutuhan garam nasional saat ini mencapai 4,02 juta ton terdiri garam industri 2,05 juta ton dan garam konsumsi 1,96 juta ton

Sedangkan produksi garam nasional sebanyak 2,55 juta ton terdiri garam rakyat 2,2 juta ton dengan kualitas 30 persen KW1 dan PT Garam 350 ribu ton 100 persen KW1.

Dengan adanya swasembada garam maka diharapkan kebutuhan secara nasional sebanyak 4,5 juta ton terdiri garam industri 2,3 juta ton dan garam rakyat 2,2 juta ton.

Sementara itu produksi garam nasional diharapkan mencapai 4,6 juta ton terdiri garam rakyat 3,2 juta ton dengan kualitas 90 persen KW1 dan PT garam 1,4 juta ton 100 persen KW1.

Menurut Sudirman, saat ini ketersediaan lahan garam sekitar 30 ribu hektar dengan produktivitas lahan sebanyak 97 ton per hektar per musim serta teknologi pembuatan garam masih sederhana.

"Nantinya diharapkan ketersediaan lahan garam mencapai 38 ribu hektar dengan produktivitas lahan 120 ton/ha/musim," katanya.

Menyinggung kendala dalam memproduksi garam, dirjen menyatakan, cuaca maupun musim penghujan, sehingga diperlukan teknologi untuk mengatasinya.

Menurut dia, dalam pembuatan garam tidak diperlukan teknologi yang terlalu canggih, bahkan seperti yang dimiliki Australia hanya sekedar menyedot air laut untuk kemudian dikeringkan tanpa bergantung pada matahari.