Para psikiater dampingi keluarga korban AirAsia
4 Januari 2015 21:29 WIB
Presiden Joko Widodo berbincang dengan para keluarga penumpang AirAsia QZ8501 beberapa waktu lalu di Crisis Center AirAsia di Terminal 2 Bandara Juanda Surabaya, Sidoarjo, Jawa Timur (ANTARA FOTO/Andika Wahyu)
Surabaya (ANTARA News) - Sejumlah dokter ahli penyakit jiwa atau psikiater mendampingi keluarga korban AirAsia QZ8501 di Crisis Centre Mapolda Jawa Timur untuk membantu menguatkan mental akibat ditinggalkan para kerabatnya yang menjadi korban insiden itu.
"Keluarga korban dihinggapi kesedihan luar biasa sehingga dibutuhkan mental yang benar-benar kuat," ujar Humas Perhimpunan Dokter Spesialis Kejiwaan Indonesia (PDSKI) Cabang Surabaya, dr Hendro Riyanto, Minggu.
Menurut dia, secara kasat mata kelihatannya dari luar tenang dan kondisinya tenang, padahal hatinya sangat sedih. Menghadapi kondisi kejiwaan seperti ini adalah tidak mudah dan harus selalu dikuatkan, sambung dia.
"Kondisi kejiwaan inilah yang menjadi fokus penanganan dan pendampingan," kata Direktur Utama RS Jiwa Menur Surabaya ini.
Pendampingan trauma, lanjut dia, tidak hanya berumur singkat, namun bisa bulanan, bahkan tahunan.
"Keluarga harus sering komunikasi dengan pendamping. Kami siap membantu pendampingan," kata dia.
Di posko, setiap hari ada empat ahli jiwa yang mendampingi keluarga korban jatuhnya pesawat rute Surabaya - Singapura tersebut.
Hingga hari ke delapan pencarian, 9 dari 34 jenazah di Rumah Sakit Bhayangkara yang sudah teridentifikasi sudah diserahkan kepada keluarganya masing-masing.
Jenazah pertama adalah Hayati Lutfiah Hamid, kemudian Grayson Herbert Linaksita, Kevin Alexander Soetjipto, Khairunnisa Haidar Fauzi, Hendra Gunawan Sawal, Themeiji Tejakusuma, Wismoyo Ari Prambudi, J Stephanie Gunawan dan Juanita Limantara.
"Keluarga korban dihinggapi kesedihan luar biasa sehingga dibutuhkan mental yang benar-benar kuat," ujar Humas Perhimpunan Dokter Spesialis Kejiwaan Indonesia (PDSKI) Cabang Surabaya, dr Hendro Riyanto, Minggu.
Menurut dia, secara kasat mata kelihatannya dari luar tenang dan kondisinya tenang, padahal hatinya sangat sedih. Menghadapi kondisi kejiwaan seperti ini adalah tidak mudah dan harus selalu dikuatkan, sambung dia.
"Kondisi kejiwaan inilah yang menjadi fokus penanganan dan pendampingan," kata Direktur Utama RS Jiwa Menur Surabaya ini.
Pendampingan trauma, lanjut dia, tidak hanya berumur singkat, namun bisa bulanan, bahkan tahunan.
"Keluarga harus sering komunikasi dengan pendamping. Kami siap membantu pendampingan," kata dia.
Di posko, setiap hari ada empat ahli jiwa yang mendampingi keluarga korban jatuhnya pesawat rute Surabaya - Singapura tersebut.
Hingga hari ke delapan pencarian, 9 dari 34 jenazah di Rumah Sakit Bhayangkara yang sudah teridentifikasi sudah diserahkan kepada keluarganya masing-masing.
Jenazah pertama adalah Hayati Lutfiah Hamid, kemudian Grayson Herbert Linaksita, Kevin Alexander Soetjipto, Khairunnisa Haidar Fauzi, Hendra Gunawan Sawal, Themeiji Tejakusuma, Wismoyo Ari Prambudi, J Stephanie Gunawan dan Juanita Limantara.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015
Tags: