"Saya berharap semangat ini tetap terus kita pertahankan dengan tugas-tugas yang semakin spesifik tetapi dinamika di lapangan sangat tinggi."

Kalimat itu disampaikan Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya FH Bambang Soelistyo saat membuka jumpa pers pada hari kedelapan operasi pencarian pesawat AirAsia QZ8501, di Kantor Pusat Basarnas, Kemayoran, Jakarta, Minggu.

Faktanya, para personel Tim SAR Gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, Palang Merah Indonesia (PMI), Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT), Asosiasi Kontraktor Survey Laut Indonesia (AKSLI), masyarakat, nelayan, tenaga ahli kedokteran dari berbagai universitas, memang telah dan akan selalu bahu membahu bekerja tanpa mengenal lelah.

Mereka juga mendapat bantuan para personel penyelamat dari Malaysia, Singapura, Australia, Korea Selatan, Jepang, Prancis, Amerika Serikat, dan Rusia.

Mereka bahkan sudah bekerja sejak hari pertama pencarian pesawat, Minggu (28/12), dan sampai kini tetap turut dalam misi kemanusiaan besar-besaran ini.

Semangat pantang menyerah inilah yang dibutuhkan oleh seluruh anggota Tim SAR Gabungan untuk menuntaskan kerja mulia mereka dalam mencari, mengevakuasi, merawat, mengidentifikasi, dan mengantarkan jenazah para korban AirAsia yang jatuh di Teluk Kumai, Kalimantan Tengah, ke keluarga-keluarga mereka yang kehilangan para buah hati mereka.

Sejak hari pertama pencarian pesawat Airbus 320-200 AirAsia ini, Tim SAR Gabungan dihadang cuaca yang tidak bersahabat.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya mengatakan pencarian paling efektif dapat dilakukan pada hari ketiga dan hari keempat. Ini karena prediksi BMKG bahwa tinggi gelombang dan curah hujan di perairan Bangka Belitung dan Selat Karimata sedang bersahabat pada hari-hari itu. Andi menyebut angka 1,5 meter yang dikategorikannya sebagai bersahabat.

Cuaca yang relatif bersahabat tersebut berangsur-angsur berubah pada hari kelima hingga hari ketujuh pencarian. Pada ketiga hari ini hujan lebat mencapai puncaknya di lokasi pencarian pesawat.

Bahkan, sebut Andi, awan berbahaya cumulonimbus berpotensi muncul di atas Selat Karimata, dan ini dibarengi oleh hadirnya gelombang laut setinggi tiga meter.

Pada hari keempat pencarian, Soelistyo sendiri sudah memegang rekomendasi BMKG mengenai prakiraan cuaca itu.

Saat itu dia berbicara kepada puluhan wartawan bahwa yang akan dihadapi SAR Gabungan hingga 3 Januari 2015 adalah cuaca buruk.

Dia lalu menunjukkan gambar prakiraan cuaca itu pada proyektor di mana warna-warna merah mendominasi seluruh sektor pencarian korban dan pesawat Air Asia.

Ia menyebut ketinggian gelombang laut pada masa itu bisa setinggi tiga tiga, bahkan lima meter, dengan kecepatan angin sampai 40 knots.

Meski tahu yang dihadapi adalah cuaca yang sangat tidak bersahabat, Soelistyo, pada hari keempat pencarian tetap memerintahkan lima jenazah yang sudah ditemukan agar dievakuasi ke daratan, dari kapal begitu helikopter bisa terbang pada "limit safety" (batas aman), menuju Pangkalan Bun.

Kerja kompak Tim SAR Gabungan pada hari ketiga sukses menemukan serpihan dan jenazah pertama, tetapi mereka mendapat hadangan cuaca buruk pada hari-hari berikutnya operasi pencarian.

Namun Soelistyo bergeming. Dia tetap memerintahkan seluruh Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) tetap bertahan di lokasi titik penemuan serpihan dan jenazah, padahal saat itu laut tengah mengamuk dengan memuntahkan gelombang setinggi lima meter.

Jangan heran jika kemudian Deputi Operasional Basarnas Mayjen Tatang Zainuddin yang awalnya bersuara pelan saat menjawab pertanyaan salah seorang wartawan, mendadak berintonasi tinggi menandakan marah pada ujung jawaban dia kepada sang wartawan, yang telanjur menanyakan apakah hari itu tim SAR melakukan evakuasi atau tidak.

Sehari setelah serpihan pertama QAZ8501 ditemukan, dan jenazah yang dievakuasi tidak bertambah, Soelistyo sudah menegaskan kepada wartawan bahwa cuaca sangat buruk di lokasi operasi pencarian membuat tim pencari sulit menemukan baik serpihan maupun korban.

Tatang sempat kembali meninggikan suaranya saat dicecar wartawan seputar jumlah korban yang sudah ditemukan.

"Ada yang bilang sembilan jenazah, ada yang sebut 40 jenazah, dari mana itu? Sudah disampaikan informasi satu pintu dari sini (Kantor Pusat Basarnas). media Anda sendiri yang harus bertanggung jawab kalau beritanya salah," kata Tatang sengit.

Pusat komando Tim SAR Gabungan memang berada di tangan Basarnas, sedangkan posko utama beraada di Kantor Pusat Basarnas di Kemayoran, Jakarta.

Selama operasi pencarian QZ8501, satu kali Kepala Basarnas terbang keluar dari Jakarta menuju Surabaya guna menemui keluarga korban, selebihnya ke Istana Negara mengikuti rapat kabinet terbatas.

Bahkan perwakilan tim bantuan negara-negara sahabat pun harus datang langsung ke Kantor Pusat Basarnas guna berkoordinasi soal area operasi mereka di Teluk Kumai.

Wakil-wakil tim dari Korea Selatan, Jepang, dan Rusia datang bergantian ke pos utama di Kemayoran sebelum bergabung dengan Tim SAR gabungan berbagai negara di area pencarian.

Tidak lagi dugaan

Pada hari ketujuh pencarian, keterangan pers pagi hari di Kantor Pusat Basarnas sedikit mundur dari biasa karena kehadiran perwakilan tim bantuan dari Rusia dan Jepang.

Sambil menunggu, beberapa wartawan mencuri waktu dengan menyantap sarapan yang sengaja dibawa dari rumah, yang lainnya menikmati makanan ringan yang disediakan Basarnas.

Seorang reporter televisi nasional, sambil menikmati sarapan, mengaku kepada reporter lainnya bahwa dia sudah kehabisan tenaga untuk mengikuti isu ini mengingat dia sudah meliput operasi pencarian AirAsia sejak hari pertama. Dia berencana untuk mengambil libur barang sehari sebelum melanjutkan bertugas setelah itu.

Semua wartawan kemudian berdoa agar proses evakuasi dan identifikasi korban AirAsia QZ8501 segera selesai.

Tidak lama Kepala Basarnas bersama dengan jajarannya turun dari lantai 14 guna memulai keterangan persnya.

Doa terkabul manakala pucuk pimpinan operasi pencarian QZ8501 berani memastikan bahwa dua gambar objek besar yang berhasil didapat kapal MGS Geosurvey dalam bentuk tiga dimensi (3D) dan dua dimensi (2D) dengan side-scan sonar dan multibeam echo sounder adalah bagian besar dari pesawat yang selama ini dicari.

Tatkala Antara mengkonfirmasi keterangannya itu sekali lagi, Soelistyo tak lagi memakai kata dugaan, melainkan "memastikan" bahwa dua obyek besar yang ditemukan tersebut adalah bagian besar dari pesawat AirAsia yang hilang kontak dengan Menara Pengawas Lalu Lintas Udara (ATC) dalam rute Surabaya-Singapura Minggu pagi pekan lalu itu.

"Saya sudah ngomong ini sudah confirm (pasti) ya, dipastikan kalau keluar dari saya, termasuk koordinatnya nanti boleh ditulis. Tapi baru gambaran tiga dimensi dan dua dimensi, untuk picture (foto) akan saya sampaikan kalau ROV itu sudah diturunkan," ujar Soelistyo.

ROV adalah singkatan dari Remotely Operated Vehicle atau wahana yang dioperasikan dari jarak jauh.

Saat menutup konferensi pers, dia kembali meminta dukungan pers dalam menuntaskan proses evakuasi.

"Terima kasih, mudah-mudahan (informasi yang diberikan) memberikan kepastian kepada kalian (wartawan). Dan saya minta, tetap kita diberikan support untuk melaksanakan tugas-tugas kita," kata Soelistyo.

Soelistyo dan Basarnas menganggap pemberitaan luas media massa, baik nasional maupun internasional, mengenai kinerja Basarnas dan Tim SAR lainnya yang melibatkan negara-negara sahabat, selama operasi pencarian QZ8501, penyemangat bagi mereka. Kepala Basarnas bahkan berulang kali menyampaikan itu.

"Anak-anak di lapangan semua masih semangat, meski pun sudah masuk hari kedelapan, dengan tujuan kita secepatnya melaksanakan tugas-tugas kita secepatnya dalam waktu yang tidak terlalu lama," ujar Soelistyo menutup konferensi pers hari kedelapan pencarian itu.