Balikpapan (ANTARA News) - Tidak kurang dari 2 hektare kawasan Mangrove Center di Graha Indah, Balikpapan, Kalimantan Timur, dirambah oleh sejumlah orang yang tidak bertanggung jawab.
"Ada di Somber bagian selatan. Sudah kami hentikan. Akan tetapi, pohon-pohon sudah terlanjur ditebang," kata Agus Bei, penggerak dan Ketua Pengelola Mangrove Center di Balikpapan, Jumat.
Menurut Agus Bei, pembabatan seperti itu jelas mengancam kelestarian yang sudah terbentuk saat ini.
"Pembabatan di Somber itu sempat meluas, antara lain karena kami kekurangan sarana," kata Agus kepada Komisi II DPRD Kota Balikpapan yang mengunjungi Mangrove Center, Jumat (2/1) sore.
Sementara itu, Ketua Komisi II DPRD Kota Balikpapan Abdul Yazid berjanji untuk meminta Pemerintah Kota Balikpapan segera bertindak menghentikan kegiatan perusakan tersebut.
"Pertama, ini kawasan konservasi yang dilindungi; kedua, ini juga kawasan wisata yang bernilai ekonomi," kata Yazid.
Bila perusakan hutan terus berlanjut, menurut dia, akan membuat Mangrove Center sebagai kawasan wisata alam dan tempat penelitian lingkungan akan hilang kehilangan objek dan daya tariknya.
Dengan luasnya kawasan yang harus diawasi, kata Agus, mereka memerlukan perahu cepat, seperti speedboat untuk melengkapi dua perahu klotok atau perahu bermesin diesel yang sudah ada saat ini.
"Perahu klotok juga digunakan mengantar turis yang berkunjung," katanya.
Tujuan Wisata
Dalam seminggu, kata Agus, sekurangnya ada lima turis mancanegara ke sini. Tak terhitung turis lokal Indonesia. Mereka ingin melihat mangrove dan Teluk Balikpapan serta margasatwa yang hidup di dalamnya, seperti bekantan, pesut, dan banyak jenis burung.
Ada 40 jenis mangrove tumbuh di Mangrove Center. Bakau atau Rhyzopora mucronata menjadi tumbuhan dominan.
Ia menyebutkan tidak kurang dari 400 ekor bekantan (Nasalis larvatus, atau proboscis monkey, kera berhidung mancung dan berbulu oranye).
Menurut Stanislav Lhota, peneliti mamalia di Teluk Balikpapan, bekantan di Mangrove Center bagian dari populasi bekantan terbesar di dunia di Teluk Balikpapan itu.
Awalnya Agus dan para tetangganya di Graha Indah menanami kawasan yang dahulu rawa-rawa terbuka itu dengan pohon bakau untuk melindungi rumah-rumah dari terpaan angin kencang dari laut.
Kawasan hutan bakau itu luasnya 150 hektare, meliputi bagian utara Teluk Balikpapan yang memanjang dari barat ke timur. Semakin ke utara, kawasan rawa menghilang dan ada tanah keras.
Kawasan utara Mangrove Center, kata dia, berbatasan langsung dengan fasilitas permukiman dan industri, bagian dari Kawasan Industri Kariangau (KIK).
Di sisi selatannya, lanjut dia, juga berbatasan dengan kawasan industri yang sudah terlebih dahulu ada, kawasan yang dahulunya Pelabuhan Somber. Di lokasi itu masih beroperasi beberapa galangan kapal.
Oleh sebab itu, Agus juga mencurigai pembabatan pohon-pohon Rhizopora mucronata itu karena ada perusahaan yang ingin mendapat akses langsung ke Teluk Balikpapan. Hal ini juga terjadi ketika galangan-galangan kapal di Sungai Somber memarkir tongkang-tongkang kosong di kawasan mangrove--yang efektif menggerus barisan pohon-pohon itu hingga ratusan meter.
Mangrove Center dirambah hingga 2 hektare
3 Januari 2015 04:04 WIB
Seorang nelayan mengayuh sampannya melintasi deretan pohon bakau di sungai laut Nongsa, Batam. (ANTARA FOTO/Joko Sulistyo)
Pewarta: Novi Abdi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: