118 wartawan tewas pada 2014
1 Januari 2015 01:58 WIB
ilustrasi Kombinasi foto Jurnalis foto dan pembuat film Tim Hetherington (kanan) dan jurnalis foto Getty Images Chris Hondros. Keduanya tewas pada hari Rabu setelah masuk area baku tembak di kota terkepung Misrata, Libya. (FOTO ANTARA/REUTERS/Handout)
Brussels (ANTARA News) - Seratus delapanbelas wartawan dan petugas media tewas di seluruh dunia pada 2014, dengan Pakistan dan Suriah menjadi negara paling mematikan, kata Federasi Wartawan Internasional pada Rabu.
IFJ menyatakan mereka tewas, 13 lebih daripada 2013, disasar karena pekerjaan atau terperangkap dalam bakutembak, sementara 17 lagi tewas dalam kecelakaan atau bencana alam saat bertugas.
Badan itu kembali menyeru pemerintah mengutamakan perlindungan wartawan.
Wartawan disasar bukan hanya untuk membatasi aliran bebas informasi, tapi semakin sebagai pengaruh untuk mendapatkan tebusan besar dan konsesi politik melalui kekerasan, kata pernyataan ketua IFJ Jim Boumelha.
Wartawan Australia Peter Greste dan dua rekannya dari jaringan televisi Al-Jazeera Mohamed Fahmy -warga Kanada keturunan Mesir- dan warga Mesir Baher Mohamed dihukum penjara tujuh tahun pada Juni karena mencemarkan nama baik Mesir dan membantu kelompok keras terlarang.
Ia menyatakan beberapa lembaga media sekarang waspada dalam mengirim wartawan ke daerah perang atau bahkan menggunakan bahan dari petugas lepas di sana, memperingatkan bahwa liputan perang akan kian miskin karena kurang saksi mandiri, kecuali keselamatan media ditingkatkan.
Pakistan adalah negara paling mematikan dengan 14 wartawan tewas, diikuti 12 tewas di Suriah dan masing-masing sembilan di Afghanistan dan Palestina.
Di antara yang tewas pada tahun ini adalah wartawan AFP Sardar Ahmad, 40, yang ditembak mati pada Maret ketika pejuang Taliban menyerbu hotel di ibukota Afghanistan, Kabul. Ia meninggal bersama istrinya dan dua dari tiga anaknya.
Masing-masing delapan wartawan tewas di Irak dan Ukraina, sementara enam tewas di Honduras dan lima di Meksiko.
IFJ menyatakan pengayauan wartawan di depan umum, termasuk petugas lepas Amerika Serikat James Foley dan Steven Sotloff, oleh kelompok keras Negara Islam adalah "perubahan permainan dalam sikap pemerintah untuk proyeksi media".
Angka IFJ itu, yang meliputi penyaji dan petugas lain, seperti, sopir media tersebut, jauh lebih tinggi daripada yang diberikan Panitia Perlindungan Wartawan, yang sepekan lalu menyatakan 60 wartawan tewas pada tahun ini.
Pengamat lain, Wartawan Tanpa Perbatasan, pada 16 Desember menyatakan 66 wartawan tewas pada 2014, demikian AFP.
(Uu.B002)
IFJ menyatakan mereka tewas, 13 lebih daripada 2013, disasar karena pekerjaan atau terperangkap dalam bakutembak, sementara 17 lagi tewas dalam kecelakaan atau bencana alam saat bertugas.
Badan itu kembali menyeru pemerintah mengutamakan perlindungan wartawan.
Wartawan disasar bukan hanya untuk membatasi aliran bebas informasi, tapi semakin sebagai pengaruh untuk mendapatkan tebusan besar dan konsesi politik melalui kekerasan, kata pernyataan ketua IFJ Jim Boumelha.
Wartawan Australia Peter Greste dan dua rekannya dari jaringan televisi Al-Jazeera Mohamed Fahmy -warga Kanada keturunan Mesir- dan warga Mesir Baher Mohamed dihukum penjara tujuh tahun pada Juni karena mencemarkan nama baik Mesir dan membantu kelompok keras terlarang.
Ia menyatakan beberapa lembaga media sekarang waspada dalam mengirim wartawan ke daerah perang atau bahkan menggunakan bahan dari petugas lepas di sana, memperingatkan bahwa liputan perang akan kian miskin karena kurang saksi mandiri, kecuali keselamatan media ditingkatkan.
Pakistan adalah negara paling mematikan dengan 14 wartawan tewas, diikuti 12 tewas di Suriah dan masing-masing sembilan di Afghanistan dan Palestina.
Di antara yang tewas pada tahun ini adalah wartawan AFP Sardar Ahmad, 40, yang ditembak mati pada Maret ketika pejuang Taliban menyerbu hotel di ibukota Afghanistan, Kabul. Ia meninggal bersama istrinya dan dua dari tiga anaknya.
Masing-masing delapan wartawan tewas di Irak dan Ukraina, sementara enam tewas di Honduras dan lima di Meksiko.
IFJ menyatakan pengayauan wartawan di depan umum, termasuk petugas lepas Amerika Serikat James Foley dan Steven Sotloff, oleh kelompok keras Negara Islam adalah "perubahan permainan dalam sikap pemerintah untuk proyeksi media".
Angka IFJ itu, yang meliputi penyaji dan petugas lain, seperti, sopir media tersebut, jauh lebih tinggi daripada yang diberikan Panitia Perlindungan Wartawan, yang sepekan lalu menyatakan 60 wartawan tewas pada tahun ini.
Pengamat lain, Wartawan Tanpa Perbatasan, pada 16 Desember menyatakan 66 wartawan tewas pada 2014, demikian AFP.
(Uu.B002)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: