Manajemen sebaiknya hormati suporter, kata peneliti Belanda
26 Desember 2014 21:31 WIB
ilustrasi--Suporter Persija bersorak saat Persija melawan Persib dalam laga Indonesia Super League 2014 di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (10/8). Pertandingan berlangsung seri dengan skor 0-0. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)
Yogyakarta (ANTARA News) - Tim manajemen sebuah klub sepak bola sebaiknya menghormati dan memperlakukan suporter dengan baik, kata peneliti Universitas Leiden Belanda, Andy Fuller.
"Hal itu perlu dilakukan karena suporterlah yang membuat klub sepak bola itu berdiri saat tumbang," katanya pada peluncuran dan diskusi buku "The Struggle for Soccer in Indonesia Fandom, Archives and Urban Identity", di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, sepak bola Indonesia saat ini berada pada era perjuangan karena minimnya sistem manajerial klub sepak bola sehingga menyebabkan banyak orang yang terlibat di dunia persebakbolaan masih terabaikan hak dan kewajibannya.
"Tidak hanya masih terdapat pemain bola yang terlambat dibayar atau tidak dibayar, bahkan suporter klub juga tidak pernah mendapat perhatian khusus dari manajemen klub sepak bola yang didukungnya," katanya.
Padahal, kata dia, suporter di Indonesia itu sangat setia dengan klub sepak bola kebanggaannya. Namun, kesetiaan tersebut tidak sebanding dengan apa yang diperolehnya.
Ia mengatakan kecintaan suporter kepada klub sepak bola kebanggaannya tidak perlu diragukan lagi. Suporter di Indonesia terkenal sangat aktif tidak seperti di luar negeri.
"Di Indonesia para suporter juga turut membantu dalam hal finansial klub sepak bolanya, sedangkan di luar negeri klub sepak bola sudah dikuasai para kapitalis yang bisa menguasai klub sepak bola," katanya.
Menurut dia, baik buruknya sebuah klub sepak bola akan terlihat dari sistem manajemennya. Hal itu akan terlihat jelas dari kekompakan sebuah tim sepak bola.
"Keburukan sebuah tim sepak bola akan dapat dilihat ketika menonton sebuah pertandingan. Ketika pertandingan berlangsung masih banyak kekacauan yag terjadi dimana-mana terutama pada suporternya," katanya.
"Hal itu perlu dilakukan karena suporterlah yang membuat klub sepak bola itu berdiri saat tumbang," katanya pada peluncuran dan diskusi buku "The Struggle for Soccer in Indonesia Fandom, Archives and Urban Identity", di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, sepak bola Indonesia saat ini berada pada era perjuangan karena minimnya sistem manajerial klub sepak bola sehingga menyebabkan banyak orang yang terlibat di dunia persebakbolaan masih terabaikan hak dan kewajibannya.
"Tidak hanya masih terdapat pemain bola yang terlambat dibayar atau tidak dibayar, bahkan suporter klub juga tidak pernah mendapat perhatian khusus dari manajemen klub sepak bola yang didukungnya," katanya.
Padahal, kata dia, suporter di Indonesia itu sangat setia dengan klub sepak bola kebanggaannya. Namun, kesetiaan tersebut tidak sebanding dengan apa yang diperolehnya.
Ia mengatakan kecintaan suporter kepada klub sepak bola kebanggaannya tidak perlu diragukan lagi. Suporter di Indonesia terkenal sangat aktif tidak seperti di luar negeri.
"Di Indonesia para suporter juga turut membantu dalam hal finansial klub sepak bolanya, sedangkan di luar negeri klub sepak bola sudah dikuasai para kapitalis yang bisa menguasai klub sepak bola," katanya.
Menurut dia, baik buruknya sebuah klub sepak bola akan terlihat dari sistem manajemennya. Hal itu akan terlihat jelas dari kekompakan sebuah tim sepak bola.
"Keburukan sebuah tim sepak bola akan dapat dilihat ketika menonton sebuah pertandingan. Ketika pertandingan berlangsung masih banyak kekacauan yag terjadi dimana-mana terutama pada suporternya," katanya.
Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014
Tags: