Pesan Misa Natal untuk Indonesia
25 Desember 2014 01:27 WIB
Misa Natal Seorang anak menyalakan lilin ketika mengikuti Misa Natal di Gereja Immanuel Jakarta, Rabu (24/12). Umat Kristiani mengikuti misa untuk merayakan natal yang mengambil tema Berjumpa Dengan Allah Dalam Keluarga. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A) ()
Jakarta (ANTARA News) - Pelaksanaan kebaktian malam Natal di beberapa daerah di Indonesia mengusung berbagai tema seperti yang disampaikan para pemuka agama dalam khutbahnya kepada para jemaat, pada Rabu malam.
Pimpinan Gereja Katolik Keuskupan Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM menyampaikan pesan Natal kepada seluruh jemaat yang hadir agar senantiasa berbagai kedamaian dengan sesama tanpa memandang suku, agama, ras dan latar belakang.
"Kelahiran adalah kehadiran, kehadiran itu harus dimaknai dengan sukacita dan berbagi damai terhadap sesama," kata Paskalis dalam khutbah misa Natal.
Paskalis mengajak para jemaat untuk memperbaharui diri terutama terkait toleransi antar sesama misalnya tidak berdiam diri apabila melihat orang lain mengalami kesulitan. Menurut dia, toleransi tersebut harus dilaksanakan tanpa memandang latar belakang orang lain dan mengajak jemaat melaksanakan revolusi mental yaitu dengan pembaharuan.
"Kita juga harus membawa kedamaian dalam keluarga karena merupakan negara terkecil dalam hidup kita," ujarnya.
Di GPIB Immanuel Gambir, Jakarta Pusat, pendeta LZ Raprap dalam kebaktian misa Natal pada Rabu malam menyampaikan khutbah dengan tema "Rahmat Tuhan Turun Temurun" dan mengajak para jemaat meningkatkan keimanan kepada Tuhan.
Pendeta menjelaskan ada tiga hal yang membuat Rahmat Tuhan Turun Temurun yaitu Tuhan datang untuk memperbaiki moral, jiwa sosial, dan kesejahteraan umat.
"Saya mengingatkan agar para jemaat harus terus-menarus melakukan perbuatan baik, menjauhkan sifat sombong, sekaligus takut terhadap Tuhan," katanya.
Pelaksanaan misa Natal di Gereja Theresia, Jakarta Pusat mengangkat tema umum "Keluargaku Melayani".
Menurut Romo Kepala Albertus Hani Rudi Hartoko di Gereja Theresia, keluarga saat ini makin banyak yang tidak harmonis dan terjadi kekerasan di dalamnya. Menurut Romo Albertus, Natal membawa pesan damai maka kedamaian dimulai dari keluarga masing-masing karena ada kecenderungan keluarga sering terlupakan.
"Keluarga saat ini makin banyak yang tidak harmonis dan terjadi kekerasan dalam rumah tangga," ujarnya.
Romo Albertus mengatakan pesan Natal tersebut berlaku universal, untuk semua golongan dan agama karena berupa pesan perdamaian dan kasih sayang.
Sementara itu di GPIB Immanuel Kota Semarang, pendeta Parlindungan Lumban Gaul menyampaikan bahwa Tuhan telah berjanji kepada orang yang congkak, salah satunya penguasa yang menyalahgunakan kekuasaannya, akan menerima hukuman pada akhir zaman.
Pendeta Parlindungan juga menyampaikan bahwa wanita dengan pria memiliki kedudukan yang sama.
"Melihat perjuangan Maria membebaskan wanita yang pada zaman Yesus Kristus sebagai kaum tertindas merupakan bukti bahwa kaum wanita dan pria memiliki kedudukan yang sama," katanya.
Misa Natal di Gereja Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci atau Gereja Katedral Semarang, Jawa Tengah, pada Rabu malam dipimpin oleh Uskup Agung Semarang Romo Monsinyur (Mgr.) Yohannes Pujasumarta.
Romo Mgr. Yohannes Pujasumarta menyampaikan pesan Natal yang mengangkat tema "Berjumpa dengan Allah dalam Keluarga" yang menekankan pentingnya peran keluarga sebagai "benteng".
"Keluarga menjadi komunitas beriman yang bisa berdoa bersama, merasakan berkat Tuhan dan saling memberkati sehingga merasa kerasan, selalu merindukan kebersamaan keluarga dan merindukan sukacita," ujarnya.
Menurut Romo Yohannes, keluarga menjadi benteng dalam menghadapi arus globalisasi yang mengerdilkan kemanusiaan dan Natal mengingatkan kepada manusia akan kehadiran Allah melalui Yesus dalam keluarga.
Dia menjelaskan perubahan cepat dan perkembangan dahsyat dalam berbagai bidang, bukan hanya memberikan manfaat melainkan membawa akibat buruk pada kehidupan, seperti maraknya aborsi dan ketidakpedulian.
"Sekarang marak terjadi aborsi, ketidakpedulian, dan sebagainya. Moral dasar keluarga yang kuat akan membentuk masyarakat yang kuat pula dan tugas keluarga melindungi dan memelihara kehidupan," katanya.
Romo Yohannes mengingatkan manusia harus menjadi agen untuk melawan arus yang merusak tersebut yang dimulai dari keluarga dan keluarga sebagai tanda kasih Allah memiliki tugas melindungi kehidupan.
Pimpinan Gereja Katolik Keuskupan Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM menyampaikan pesan Natal kepada seluruh jemaat yang hadir agar senantiasa berbagai kedamaian dengan sesama tanpa memandang suku, agama, ras dan latar belakang.
"Kelahiran adalah kehadiran, kehadiran itu harus dimaknai dengan sukacita dan berbagi damai terhadap sesama," kata Paskalis dalam khutbah misa Natal.
Paskalis mengajak para jemaat untuk memperbaharui diri terutama terkait toleransi antar sesama misalnya tidak berdiam diri apabila melihat orang lain mengalami kesulitan. Menurut dia, toleransi tersebut harus dilaksanakan tanpa memandang latar belakang orang lain dan mengajak jemaat melaksanakan revolusi mental yaitu dengan pembaharuan.
"Kita juga harus membawa kedamaian dalam keluarga karena merupakan negara terkecil dalam hidup kita," ujarnya.
Di GPIB Immanuel Gambir, Jakarta Pusat, pendeta LZ Raprap dalam kebaktian misa Natal pada Rabu malam menyampaikan khutbah dengan tema "Rahmat Tuhan Turun Temurun" dan mengajak para jemaat meningkatkan keimanan kepada Tuhan.
Pendeta menjelaskan ada tiga hal yang membuat Rahmat Tuhan Turun Temurun yaitu Tuhan datang untuk memperbaiki moral, jiwa sosial, dan kesejahteraan umat.
"Saya mengingatkan agar para jemaat harus terus-menarus melakukan perbuatan baik, menjauhkan sifat sombong, sekaligus takut terhadap Tuhan," katanya.
Pelaksanaan misa Natal di Gereja Theresia, Jakarta Pusat mengangkat tema umum "Keluargaku Melayani".
Menurut Romo Kepala Albertus Hani Rudi Hartoko di Gereja Theresia, keluarga saat ini makin banyak yang tidak harmonis dan terjadi kekerasan di dalamnya. Menurut Romo Albertus, Natal membawa pesan damai maka kedamaian dimulai dari keluarga masing-masing karena ada kecenderungan keluarga sering terlupakan.
"Keluarga saat ini makin banyak yang tidak harmonis dan terjadi kekerasan dalam rumah tangga," ujarnya.
Romo Albertus mengatakan pesan Natal tersebut berlaku universal, untuk semua golongan dan agama karena berupa pesan perdamaian dan kasih sayang.
Sementara itu di GPIB Immanuel Kota Semarang, pendeta Parlindungan Lumban Gaul menyampaikan bahwa Tuhan telah berjanji kepada orang yang congkak, salah satunya penguasa yang menyalahgunakan kekuasaannya, akan menerima hukuman pada akhir zaman.
Pendeta Parlindungan juga menyampaikan bahwa wanita dengan pria memiliki kedudukan yang sama.
"Melihat perjuangan Maria membebaskan wanita yang pada zaman Yesus Kristus sebagai kaum tertindas merupakan bukti bahwa kaum wanita dan pria memiliki kedudukan yang sama," katanya.
Misa Natal di Gereja Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci atau Gereja Katedral Semarang, Jawa Tengah, pada Rabu malam dipimpin oleh Uskup Agung Semarang Romo Monsinyur (Mgr.) Yohannes Pujasumarta.
Romo Mgr. Yohannes Pujasumarta menyampaikan pesan Natal yang mengangkat tema "Berjumpa dengan Allah dalam Keluarga" yang menekankan pentingnya peran keluarga sebagai "benteng".
"Keluarga menjadi komunitas beriman yang bisa berdoa bersama, merasakan berkat Tuhan dan saling memberkati sehingga merasa kerasan, selalu merindukan kebersamaan keluarga dan merindukan sukacita," ujarnya.
Menurut Romo Yohannes, keluarga menjadi benteng dalam menghadapi arus globalisasi yang mengerdilkan kemanusiaan dan Natal mengingatkan kepada manusia akan kehadiran Allah melalui Yesus dalam keluarga.
Dia menjelaskan perubahan cepat dan perkembangan dahsyat dalam berbagai bidang, bukan hanya memberikan manfaat melainkan membawa akibat buruk pada kehidupan, seperti maraknya aborsi dan ketidakpedulian.
"Sekarang marak terjadi aborsi, ketidakpedulian, dan sebagainya. Moral dasar keluarga yang kuat akan membentuk masyarakat yang kuat pula dan tugas keluarga melindungi dan memelihara kehidupan," katanya.
Romo Yohannes mengingatkan manusia harus menjadi agen untuk melawan arus yang merusak tersebut yang dimulai dari keluarga dan keluarga sebagai tanda kasih Allah memiliki tugas melindungi kehidupan.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014
Tags: