Umat Katolik kenakan pakaian Bali saat Natal
24 Desember 2014 21:32 WIB
Umat Katolik mengambil air berkat untuk menyucikan diri sebelum memasuki gereja saat melaksanakan misa Natal di Gereja Katolik Tritunggal Mahakudus Paroki, Desa Tuka, Kabupaten Badung, Bali, Rabu (24/12). Umat Kristen di kawasan itu telah mewarisi tradisi misa Natal dengan mengenakan pakaian adat Bali dan beberapa sarana layaknya umat Hindu. (ANTARA FOTO/Wira Suryantala)
Badung (ANTARA News) - Umat Katolik mengenakan pakaian adat Bali saat malam misa Natal di Gereja Tritunggal Mahakudus Paroki Desa Tuka, Kabupaten Badung, Rabu malam.
Selain itu, pernak-pernik dan hiasan gereja tersebut juga menggunakan adat Bali seperti halnya perayaan Hari Raya Galungan di Pulau Dewata.
Sejak memasuki kawasan Desa Adat Tuka ratusan penjor menghiasi seluruh rumah warga setempat. Namun, yang membedakan penjor tersebut dengan penjor umat Hindu adalah tanpa diisi sesajen, penjor umat Katolik tersebut hanya berupa hiasan rumah warga.
Begitu pula, hiasan gebogan yang ada di Gereja Tritunggal Mahakudus Paroki. Hiasan tersebut tanpa diisi sarana sembayang seperti halnya umat Hindu.
Dewan Pastoral Paroki Gereja Tritunggal Mahakudus Paroki Nyoman Robi mengatakan bahwa umat Katolik setempat masih menggunakan budaya Bali.
"Sebelum malam misa Natal, biasanya umat setempat melakukan ziarah ke makam Desa Tuka dengan membawa bunga dan dupa," ujarnya.
Selanjutnya, saat malam misa Natal umat yang merupakan keturunan desa setempat diwajibkan mengenakan pakaian adat Bali, sedangkan bagi warga luar bisa menyesuaikan.
Pihaknya berharap budaya dan adat tersebut bisa terus dipertahakan karena telah menjadi warisan budaya dan daya tarik pariwisata di Pulau Dewata.
Selain itu, pernak-pernik dan hiasan gereja tersebut juga menggunakan adat Bali seperti halnya perayaan Hari Raya Galungan di Pulau Dewata.
Sejak memasuki kawasan Desa Adat Tuka ratusan penjor menghiasi seluruh rumah warga setempat. Namun, yang membedakan penjor tersebut dengan penjor umat Hindu adalah tanpa diisi sesajen, penjor umat Katolik tersebut hanya berupa hiasan rumah warga.
Begitu pula, hiasan gebogan yang ada di Gereja Tritunggal Mahakudus Paroki. Hiasan tersebut tanpa diisi sarana sembayang seperti halnya umat Hindu.
Dewan Pastoral Paroki Gereja Tritunggal Mahakudus Paroki Nyoman Robi mengatakan bahwa umat Katolik setempat masih menggunakan budaya Bali.
"Sebelum malam misa Natal, biasanya umat setempat melakukan ziarah ke makam Desa Tuka dengan membawa bunga dan dupa," ujarnya.
Selanjutnya, saat malam misa Natal umat yang merupakan keturunan desa setempat diwajibkan mengenakan pakaian adat Bali, sedangkan bagi warga luar bisa menyesuaikan.
Pihaknya berharap budaya dan adat tersebut bisa terus dipertahakan karena telah menjadi warisan budaya dan daya tarik pariwisata di Pulau Dewata.
Pewarta: Wira Suryantala
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014
Tags: